www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id - Surabaya, Sebagai bentuk perluasan kerja sama antara Kota Madiun dan Universitas Negeri Surabaya, Wakil Wali Kota Madiun beserta rombongan berkunjung ke Unesa, Rabu (18/3). Kunjungan yang dilaksanakan di Ruang Rapat Gedung Rektorat lt. 8 ini dimaksudkan untuk meminta saran kepada Unesa sebagai pembuat grand desain di dinas Pendidikan Kota Madiun dalam pemilihan spesifikasi laptop untuk siswa SD dan SMP.
Rombongan disambut hangar oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja sama, Dr. Sujarwanto, M.Pd., serta perwakilan Dekan dan ketua lembaga selingkung Unesa.
Inda Raya Ayu Miko Saputri, S.E., M.IB selaku Wakil Wali Kota Madiun menjelaskan Pemkot Madiun tengah menjalankan program besar yakni satu laptop satu siswa untuk siswa SD dan SMP. Ia menambahkan tahun ini akan menyediakan sekitar 5000 laptop, dan akan bertambah untuk tahun depan. “Setelah ketemu harga dari pengadaan laptop ini, kami memilih kembali ke Unesa untuk berkonsultasi mengenai spek laptop hingga pengembangan pembelajaran IT,” ujar Inda.
Perempuan kelahiran Madiun 39 tahun lalu ini berharap agar setelah diskusi ini muncul saran dan petunjuk terbaik dari unesa. “Dengan diskusi ini diharapkan tim kami siap melangkah. Kami juga tengah dikejar waktu karena sebelum masa PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah) pada perkiraan bulan juli nanti, laptop sudah harus ada dan bisa disitribusikan,” paparnya.
Drs. Martadi, M.Sn selaku Koordinator Kerjasama Unesa yang juga hadir dalam diskusi tersebut menegaskan program satu laptop satu siswa harus menjadi bagian dari pengembangan kota. “Kalau sudah berbicara tentang pengembangan kota, maka hal yang perlu dirancang bukan lagi tools nya melainkan apa yang ada di dalam laptop itu,” kata Martadi.
Menurutnya, Hal itu perlu dirancang melalui program-program yang membuat anak mampu belajar dengan baik. “Mulai dari konten, seperti apa sistem pembelajarannya, seperti apa sistem penilainnya. Jadi literasi anak untuk menggunakan IT harus lebih baik dan guru memiliki kepedulian tentang pembelajaran berbasis IT,” jelasnya.
Bercerita tentang pengalamannya mendampingi di beberapa daerah, Martadi menjelaskan bahwa tingkat keberlanjutan program yang berbasis IT bisa dibilang rendah. “Sudah investasinya besar, tapi maintance dan penggunaannya tidak dijalankan dengan baik,” ujar dosen Unesa itu. Martadi yang juga merupakan bagian dari bidang Pengembangan Profesi Pendidikan LP3M Unesa juga berkomitmen terus mendampingi program ini. Sehingga investasi yang sudah dilakukan dalam pengadaan laptop ini, untuk 3 tahun ke depan sudah muncul perubahan di Kota Madiun. (Suryo)
Share It On: