Kegiatan ini digelar pada Kamis (14/04/2016) bertempat di Auditorium lantai 3 Rektorat Unesa Kampus Ketintang. Tidak hanya kontestan dari S1 namun juga meliputi kontestan D3 menjajaki persaingan ketat memperebutkan gelar Mawapres 2016 . Dr. Samsul Sodik, M. Pd sebagai salah satu pendamping kontestan Mawapres dari Fakultas Bahasa dan Seni menanggapi baik iklim persaingan untuk menyandang gelar jawara Mawapres 2016. Bahkan lebih lanjut, Sodik, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni memberikan keterangan lanjutan kualifikasi mahasiswanya sebagai kontestan (Pegy, red) memiliki IPK 3,9. Tidak hanya itu, kontestan juga sebagai aktivis BEM dan Senat Unesa serta menjuarai beberapa debat Bahasa Inggris. Sebagai tambahan, seolah mewakili pentingnya proses penjaringan, Dekan FBS memberikan saran, "Mahasiswa berprestasi harus dipersiapkan dengan matang, salah satunya dengan sistem pengkaderan untuk tahun 2017", tandasnya. Menyimak dari keterangan sebelumnya, dalam pemilihan Mawapres yang akan datang beliau mengharapkan sebelum diadakan Mawapres 2017 dari tiap fakultas memiliki kader-kader calon kontestan yang memang sudah dipersiapkan dan dibina guna menjadi cikal bakal jawara Mawapres 2017 yang mumpuni.
Kezia Eka sebagai salah seorang kontestan dari Fakultas Teknik melalui karya ilmiah Program Optimalisasi Ketahanan Pangan bahwa dengan adanya Mawapres 2016 menyadari sebagai wadah belajar dan pengalaman yang menggiurkan. Membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan dalam menyusun karya ilmiah. Eka menuturkan, "Tujuan utama tentu sebagai pemenang selain itu saya juga bertekad mendukung penuh juara Mawapres tahun 2016 karena sebagai satu almamater Unesa", ujarnya. Lebih jelas lagi Eka menuturkan, "Sebenarnya karya-karya ilmiah Unesa secara kuantitas banyak namun secara kualitas belum mumpuni sehingga perlu adanya kontestan tiap fakultas kembali ke fakultas masing-masing guna membina calon kader-kader selanjutnya", tandasnya.
Keterangan lain, M. Nurul Ashar dari Fakultas Ilmu Pendidikan yang kali kedua mengikuti Mawapres, acara kali ini sedikit berbeda dengan Mawapres tahun lalu. Ashar dengan karya ilmiah Deteksi Dini Autis, merasakan Mawapres 2016 lebih ramai dibandingkan Mawapres tahun lalu. Kontestan dari FIP ini menuturkan, "Ajang ini lebih hidup dengan adanya supporter (mahasiswa Unesa, red), hal ini sama saja membangkitkan motivasi mereka untuk menjadi mahasiswa berprestasi", tandasnya. (Raras/KK/Humas)
Share It On: