www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya- Pusat Ideologi Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan Sarasehan Lintas Agama dengan tema Menguatkan Ideologi Pancasila dan Kebhinekaan Bagi Generasi Milenial pada hari Sabtu (14/11). Acara yang diselenggarakan secara virtual dengan platform Zoom Meeting ini diikuti oleh 158 peserta dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum.
Kegiatan ini menghadirkan 6 narasumber yaitu Dr. Ayub Mursalin, MA selaku tokoh agama Islam dari Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi, Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum selaku tokoh agama Hindu dari Universitas Negeri Surabaya, Dr. Anung Priambodo selaku tokoh agama Kristen dari Universitas Negeri Surabaya, Dr. Budinuryanta Yohanes, M.Pd selaku tokoh agama Khatolik dari Universitas Negeri Surabaya, Liem Tiong Yang selaku tokoh agama Konghucu dan Haryanto Tanuwijaya selaku tokoh agama Budha.
Berbagai tokoh lintas agama dihadirkan karena Indonesia mempunya keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Sumbangsih para tokoh inilah yang diharapkan dapat merawat pancasila dan bersatu ditengah keanekaragaman.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd dalam sambutan sekaligus membuka acara menyampaikan ada perbedaan karakteristik setiap anak bangsa dari masa ke masa. Ada dua masa generasi yaitu generasi perang dan generasi Z. Selanjutnya, pada tahun 2000an muncul generasi baru yaitu generasi Milenial. Pada masa ini kecanggihan teknologi, sosial media, dan berbagai platform bukan lagi menjadi sarana melainkan sudah menjadi gaya hidup.
“Generasi milenial sangat suka berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai media dan platform yang sangat mudah diakses melalui handphone pintar. Mereka mempunyai jejaring sosial yang sangat tinggi, maka dari itu muncul sikap toleran karena proses jejaring yang mereka lakukan. kerukunan umat beragama sudah lama diwariskan oleh nenek moyang Indonesia. Dan itu menjadi model ideal dalam kehidupan sosial beragama. Maka dari itu, kerukunan beragama menjadi pilar penting dalam menyatukan seluruh bangsa dalam menjunjung nilai-nilai pancasila,” jelasnya.
Pemaparan materi terbagi atas 2 sesi. Disesi yang pertama 3 narasumber dari tokoh agama Islam, Hindu, dan Kristen kemudian dilanjutkan sesi kedua dari tokoh agama Katholik, Kong Huchu, dan Budha. Para tokoh agama menyampaikan materi terkait perspektif masing-masing agama dalam kebinekaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai pancasila.
Dalam sarasehan ini pokok bahasan yang diangkat adalah pancasila sebagai dasar negara, titik temu, titik hubung, dan titik keseimbangan dari bangsa Indonesia. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana menginternalisasi nilai-nilai pancasila dalam segala segi kehidupan, agar dasar negara tetap kokoh dan dijunjung tinggi. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi negara Indonesia, tidak ada bangsa lain yang mempunyai dasar negara serupa dengan Indonesia.
Diakhir sesi, selaku moderator mengajak seluruh peserta untuk bersama sama menjaga Pancasila dan menghadapi segala tantangan yang ada dengan bekerjasama.
“ Mari bersama-sama kita jaga pancasila. Jangan pernah lelah untuk menjaganya. Karena pasti akan ada tantangan dalam proses menjaga pancasila,” pungkasnya. (mufthi)
Share It On: