![](/images/foto-14-12-2020-02-15-00-7416.png)
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Pengajaran BIPA berbasis budaya perlu diterapkan dan diajarkan pada orang asing yang menetap di Indonesia, sehingga pengajar BIPA harus memiliki strategi dalam mengimplementasikannya. Sehubungan dengan hal tersebut, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unesa mengadakan Sedaring Nasional dengan tema “Strategi Pengajaran BIPA Berbasis Budaya”.
Sarasehan daring nasional yang diadakan pada Sabtu, (12/12) via zoom itu menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dewi Ariani, S.S., S.Pd., M.Pd., pengajar BIPA di Universitas Negeri Malang, Chafit Ulya. S.Pd., M.Pd., pengajar BIPA di Universitas Negeri Sebelas Maret, dan DiahEka Sari, S.PD., M.PD., pengajar dan peneliti BIPA di Universitas Negeri Medan.
Kegiatan yang diikuti sebanyak 457 peserta itu dibuka oleh Dr. Heny Subandiyah, M.Hum., selaku ketua jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Dalam sambutanya, Heny berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peserta.
“Saya berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peserta dan kerja sama antara Unesa, UM, UNS, dan UNIMED terus berlanjut dalam pengajaran BIPA sebagai bentuk program merdeka belajar,” harap Heny.
Menurut pemaparan Dewi, mengenal perbedaan budaya suatu negara merupakan cara terbaik untuk berkomunikasi secara efektif. Hal ini cukup baik untuk memudahkan pengajar BIPA agar dapat berkomunikasi dengan mahasiswa BIPA melalui budaya secara efektif.
“Pengajar BIPA perlu memahami lintas budaya dengan tujuan menyadarkan kita bahwa perilaku semua orang/bangsa dipengaruhi oleh budayanya, membuat hubungan dan komunikasi dengan bangsa lain tidak hanya bergantung pada pribadi kita, melainkan juga pada budaya kita,” tutur Dewi.
Selanjutnya Chafit Ulya pada kesempatan itu, memberikan contoh integrasi budaya dalam pembelajaran BIPA, yaitu budaya tawar menawar, pengenalan makanan khas, praktik bermain drama, dan persepsi mahasiswa BIPA tentang perilaku negatif orang Indonesia.
“Kita terapkan praktik-menawar secara nyata, ajak mahasiswa ke kantin kampus dan mengenalkan makanan khas Solo sekaligus belajar berkomunikasi dengan penjual, ajak mahasiswa memainkan cerita rakyat seperti Roro Jonggrang, dan ajak mahasiswa untuk mengobservasi dan menceritakan pengalaman negatif selama di Indonesia,” papar Chafit.
Selain itu, Chafit juga memberikan pesan kepada pengajar BIPA untuk mengolah budaya dalam praktik pembelajaran yang menyenangkan.
“Pengajar BIPA yang baik harus mampu mengorkestrasi beragam perbedaan budaya pada mahasiswa BIPA ke dalam sebuah praktik pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna,” kata Chafit.
Berbeda halnya dengan Diah Eka yang memaparkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajarkan materi kebudayaan kepada pembelajar BIPA.
“Strateginya pengajar BIPA perlu menyiapkan bahan ajar yang mendukung, membangun interaksi yang baik, mampu menguasai teknologi, mengajar dengan apa adanya, dan peka terhadap situasi para pemelajar BIPA,” ungkap Eka. (esti)
Share It On: