Masa kepemimpinan Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani tinggal beberapa bulan lagi. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unesa pun menggelar Diskusi Pengawalan Rektor . Di depan markas besarnya, BEM Unesa pada Jumat (22/11/13) siang itu selama tiga jam diskusi bersama rektor dan 50 perwakilan aktivis mahasiswa dari berbagai jurusan dan fakultas. Diskusi yang diangkat tentu seputar persiapan sivitas akademika memilih pemimpin masa depan. Rektor Unesa mengawali diskusi dengan memberikan pandangan agar pemimpin kampus ini selanjutnya dapat melanjutkan pembangunan akademik dan infrastruktur yang sudah mulai membaik. Tidak hanya itu, calon rektor berikutnya haruslah mempunyai standing academic (akredibilitas). Selain itu juga harus gaul. Maksudnya ialah rektor masa depan harus memiliki keterampilan berkomunikasi dengan komunitas internal dan eksternal. Komunitas internal yang dimaksudkan di sini ialah catur sivitas akademika yang meliputi mahasiswa, dosen, karyawan, dan alumni sedangkan komunitas eksternal yang dimaksud ialah jejaringan dengan perguruan tinggi atau lembaga lain baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Kegiatan ini pada hakikatnya merupakan upaya melancarkan kran komunikasi di antara sivitas akademika. Semoga kegiatan ini dapat diselenggarakan kembali pada masa menjelang pemilihan Rektor Unesa pada Mei 2014 mendatang sebab kegiatan ini menunjukkan era demokrasi di kampus berjalan dengan baik. Melalui kegiatan ini ke depan mahasiswa dan dosen dapat menyampaikan keluhan-keluhannya secara langsung. Keluhan itu perlu diketahui dari berbagai lini unsur sivitas akademika guna mendapat umpan balik dari pemimpinnya. Upayakan kegiatan serupa ini pada masa mendatang semakin banyak yang terlibat sehingga dapat menampung segala aspirasi dengan cara yang elegan, saran rektor. Saya pikir Rektor Unesa 2014 2018 yang terpilih nanti sebaiknya lebih fokus menguatkan peningkatan atmosfer akademik dan penguatan kapasitas dosen yang mampu berkiprah secara internasional. Peningkatan atmosfer akademik itu kini diupayakan melalui berbagai program double degree/joint degree dan kredit SKS perguruan tinggi di luar negeri sedangkan penguatan kapasitas dosen dilakukan dengan mendorong dosen studi lanjut di luar negeri. Ke depan dua upaya itu harus makin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya, ucap Muchlas Samani kepada reporter Humas Unesa ketika ditemui di ruang kerjanya. (Chandra Kirana/Byu)