Kualitas guru serta postur anggaran pendidikan harus berjalan seiring. Tidak hanya kualitas guru saja yang ditingkatkan, namun kepedulian terhadap siswa miskin juga menjadi prioritas. Seperti yang disosialisasikan Dra. Nina Sardjunani selaku Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, pada Sabtu 15 Juni 2013 pukul 10.00 di ruang sidang lantai 2 Kantor Pusat Unesa Kampus Ketintang.
Ibu Nina menjelaskan bahwa siswa miskin dalam kondisi memprihatinkan sehingga perlu dibantu agar tidak terjadi putus sekolah. "Jika melihat angka tabulasi tingkat putus sekolah, sejak SD mulai terjadi putus sekolah yang teramat tinggi, terutama pada kondisi masyarakat miskin," ujarnya. Untuk itu, bantuan siswa miskin (BSM) harus segera dikucurkan. Mereka berada di pelosok negeri yang kadang tidak terlayani pendidikan dengan baik karena kondisi lahan dan ekonomi keluarganya.
Saat ini pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada investasi fisik saja. "Masih sedikit yang memprioritaskan investasi nonfisik, tambahnya. Untuk tahun ini dan ke depan, Indonesia harus sudah masuk pada investasi nonfisik.
Dalam dialog terbatas itu, hadir rektor Unesa, PR 1, PR 2, PR 4, sejumlah dekan, kepala lembaga, pembantu dekan, dan ketua jurusan. Peserta yang hanya 60 orang itu sangat antusias mengikuti dialog. Isi dialog berkisar pada pembangunan kampus Unesa bantuan IDB dan pola BSM (Bantuan Siswa mikin). Latar belakang pemberian BSM ini adalah sebagai alternatif penyaluran BSM agar dapat memberikan tambahan daya beli bagi masyarakat miskin. Selama ini, BSM diterima oleh seluruh kelompok pendapatan, BSM hanya menutup sepertiga biaya pendidikan, periode pendistribusian BSM juga belum mengikuti periode tahun pembelajaran, dan BSM dikelola oleh dua kementerian, yakni Kemendikbud dan Kemeneg. Pola pemberian BSM harus diubah agar cepat sampai dan akurat diterima oleh siswa miskin. "BSM merupakan program yang sangat strategis untuk menguatkan daya pendidikan anak-anak kita," tambah Bu Nani. (Chandra Kirana/syt)
Share It On: