www.unesa.ac.id
unesa.ac.id – Surabaya, Bagi sastrawan tentunya mengenal sosok Soesilo Toer yang merupakan adik dari Pramudya Ananta Toer. Seorang sastrawan hebat tersebut kemarin, (17/2), menjadi pembicara dalam Talkshow “Kaca Mata Merah Soesilo Toer” di Auditorium Fakultas Bahasa dan Seni Unesa. Acara ini diselenggarakan oleh 3 komunitas di FBS yakni Teater Kaki Langit, Komunitas Rabo Sore dan Komunitas Tikar Merah.
Talkshow ini sendiri mengupas habis sisi kehidupan seorang Soesilo Toer yang sekarang menjadi Direktur Perpustakaan PATABA sekaligus tetap aktif menjadi Sastrawan. Pria asli dari Blora, Jawa Tengah tersebut kini memasuki usia 81 tahun tepat pada tanggal 17 Februari 2018. Soesilo Toer bercerita bahwa awal mula ia menulis sejak berusia 13 tahun. Tulisan pertamanya yakni sebuah artikel berjudul “Aku Ingin jadi Jendral” yang dimuat di salah satu Koran pada masa itu. Pada usia 15 tahun ia menjadi korektor di sebuah koran dan menulis artikel tentang banyak hal. Dalam sisi lain Soesilo Toer memiliki watak berbeda dengan kakaknya Pramudya Ananta Toer. Tapi mereka sama-sama memiliki sifat individualis dan menjadi seorang penulis.
Soesilo Toer bercerita bahwa ia memiliki watak yang sangat berbeda dengan kakaknya, Pramoedya Ananta Toer. Tapi mereka sama-sama memiliki sifat individualis dan menjadi seorang penulis.kemudian ia kuliah di Bogor, akademi keuangan. Ia juga sempat kuliah di UI namun kemudian pindah ke Akademi Keuangan di Bogor. Kemudia ia melanjutkan pendidikan S2 di Rusia ( Uni Soviet), namun sebelum berangkat untuk melanjutkan pendidikannya, ia menikah terlebih dahulu.
Selain itu ia juga menjelaskan perbedaan tulisannya dengan Pramoedya Ananta Toer, ia mengatakan bahwa bukunya tidak ada hubungannya dengan politik. “saya adalah seorang Liberal, yang dibesarkan oleh pengalaman manis getir pahit madu. Tapi yang paling utama saya adalah seorang liberal yang berkiblat pada Hedonisme. Saya hidup untuk mencari kenikmatan walaupun pada kenyataan penuh dengan penderitaan”ucap Soesilo Toer.
Hal yang paling mengejutkan dalam kehidupan Soesilo Toer selain sebagai seorang penulis sastra ia juga bekerja sebagai pemulung. Ia begitu bangga menjadi seorang pemulung, alasan beliau menjadi seorang pemulung karena ia bersekolah tidak pernah membayar tapi dibayar oleh karena itu ia ingin membalas budi kepada masyarakat dengan membuka perpustakaan untuk mencerdaskan bangsa melalui menulis dan membaca. Semua fasilitas di perpustakaan tersebut gratis dari mulai menginap,makan,belajar menulis dengan Soesilo Toer bahkan menulis skripsipun diperbolehkan. Perpustakaan PATABA sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara, hanya saja karena minat membaca indonesia masih terbilang rendah perpustakaan tersebut jadi kurang populer dikalangan anak muda indonesia sendiri. (Hasna/why)
Share It On: