Prof. Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd., guru besar pengembangan kurikulum Universitas Negeri Surabaya (UNESA) memberikan orasi ilmiah tentang ‘Arah dan Tantangan Pengembangan Kurikulum Era Post-Modern.”
Unesa.ac.id. SURABAYA—Kurikulum merupakan elemen kunci yang menentukan kesuksesan pelaksanaan pendidikan. Karena itu, kurikulum yang dikembangkan harus mampu menyiapkan dan memproyeksikan generasi yang siap menghadapi tantangan di masa depan.
Hal itu ditekankan guru besar pengembangan kurikulum Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Bachtiar Syaiful Bachri, dalam pidato pengukuhannya sebagai profesor di UNESA pada akhir Oktober 2024 lalu.
Dia menerangkan, dalam perkembangannya, kurikulum di Indonesia sudah mengalami pergantian sebanyak 12 kali sampai pada penerapan kurikulum merdeka. Pergantian ini merupakan suatu keniscayaan dalam merespons perubahan zaman.
Menurut guru besar yang homebase di Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA itu, dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan, agar kurikulum yang diterapkan sekarang, mampu menyiapkan generasi masa depan sesuai tujuan pendidikan nasional.
Pertama, aspek tujuan. Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuannya, untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kedua, aspek orientasi. Setidaknya ada tiga orientasi kurikulum. 1) Transmisi, fokus pada proses transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari guru ke siswa. 2) Transaksi, menekankan interaksi antara siswa, guru dan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. 3) Transformasi, berfokus pada perubahan pribadi, sosial, kesadaran diri dan pemberdayaan siswa.
Ketiga, prinsip. Ada beberapa prinsip penting dalam pengembangan kurikulum. 1) Relevansi, kesesuaian kurikulum dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat dan zaman. 2) Fleksibilitas, kelenturan kurikulum dalam menjawab kebutuhan dan merespons perubahan.
Berikutnya, 3) Kontinuitas, kesinambungan antara isi, waktu, jenjang (desain menyeluruh). 4) Efektivitas, keberhasilan proses pembelajaran dalam mengoptimalkan kemampuan siswa (pengendalian mutu). 5) Efisiensi, ketepatan implementasi kurikulum dan penggunaan komponen pendukung (pengendalian mutu).
Keempat, aspek model konsep pengembangan kurikulum yang meliputi; 1) Konsep subjek akademik, yang menekankan pada penguasaan mata pelajaran; 2) Konsep humanistik, yang mengutamakan proses belajar mengajar. 3) Konsep rekonstruksi sosial, menekankan agar peserta didik siap menghadapi dunia kerja. 4) Konsep teknologis/kompetensi, yang menggabungkan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Kelima, aspek tantangan dan tuntutan kompetensi. Kurikulum yang dikembangkan harus bisa membekali peserta didik sejumlah kompetensi yang dibutuhkan sekarang dan ke depan.
Setidaknya ada empat kompetensi plus dua yang harus dibekali pada peserta didik. 1) Critical thinking (berpikir kritis), 2) creativity (kreatif), 3) Collaboration (kolaborasi), 4) communication (komunikasi), 5) character (karakter), dan 6) citizenship (kewarganegaraan).
"Mulai dari prinsip, orientasi hingga model konsep itu bukan untuk dipilih mana yang lebih baik, tetapi menjadi acuan atau diintegrasikan secara harmonis dengan memperhatikan situasi dan kondisi, serta arah dan tujuan pendidikan nasional," pungkasnya.[*]
***
Reporter: Dede Rahayu Adiningtyas (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: