Bridge Competition dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah tahap penyisihan yang harus ditempuh seluruh peserta untuk memperebutkan 10 tiket menuju tahap final. Sunrise sebenarnya mengirimkan tujuh tim dalam lomba, namun empat tim gagal di tahap penyisihan yang poin penilaiannya menitikberatkan efisiensi jembatan. Di babak final, tiga tim sunrise yang lolos tersebut dihadapkan dengan tantangan merancang sebuah jembatan dengan berat tidak lebih dari 25 gram namun mampu menahan beban lebih dari 40 kg. Dalam final tersebut, hanya satu tim, yaitu yang dipenggawai oleh Cyntia, Iqbal, dan Alifia, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2015 yang mampu meraih poin untuk menempatkannya sebagai juara dua. Sementara juara pertama diraih oleh oleh tim dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sedang posisi ketiga direngkuh tim asal Universitas Narotama Surabaya.
Bagi Nadjib, prestasi timnya kali ini sungguh membanggakan, sebab di lomba sebelumnya, kompetisi perencanaan perumahan di Universitas Negeri Jember (UNEJ), mereka hanya mampu memeroleh juara harapa dua. Mahasiswa S-1 Teknik sipil 2014 itu menambahkan, timnya kini tengah mengikuti kompetisi tingkat nasional lain dalam waktu dekat. "Seperti tahun lalu, kami sedang mengikuti Kompetisi Beton, CIVEX, di ITS. Salah satu poin penilaiannya adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya "like" di youtube hingga minggu (10/4/2016). Kami telah mengunggah video kami di channel "RCC Sunrice Unesa". Kami berharap mampu melaju ke tahap selanjutnya," tandasnya. (vita/danang/KK/Humas)
Share It On: