Izhatul Laili, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia kelahiran Rembang tersebut dikenal ramah dan mudah diajak berkomunikasi. Selain itu, ia termasuk ulet dan pantang menyerah. Dalam menghadapi tugas kuliah ia mempunyai teknik tersendiri, yaitu memperkuat tekad bahwa tidak boleh menunda pekerjaan. "Jangan menunda," ujarnya ketika dimintai trik agar bisa lulus sebagai mahasiswa terbaik di Fakultas Bahasa dan Seni. Ia mengaku senang sesaat setelah mendapat berita bahwa ia menjadi mahasiswa terbaik dari Fakultas Bahasa dan Seni Unesa. Namun, ia mengira berita tersebut hanya kabar burung sebab belum ada konfirmasi langsung dari pihak fakultas atau manapun. Sampai suatu hari Mbak Izha, panggilan akrabnya, diberitahu oleh anggota Humas Unesa tentang kevalidan berita tersebut. Perempuan yang lahir 21 tahun yang lalu, tepatnya di Rembang, 28 Februari 1993 tersebut lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,85. Skripsi yang diambilnya ialah skripsi pendidikan dengan judul "Pengembangan Buku Teks Anekdot Bahasa Indonesia Berbasis Modalitas Belajar Siswa untuk Kelas X-2 SMAN 13 Surabaya Berdasarkan Kurikulum 2013". Karena tekad yang kuat dan ketekunan tinggi, Mbak Izha mampu lulus dalam waktu 3,5 tahun. Padahal skripsi sejenis itu biasa dianggap sulit oleh kebanyakan mahasiswa. Selain harus menyelesaikan skripsi, ia juga harus menyelesaikan prototipe berupa buku teks. Menurutnya, salah satu yang sulit dari proses penyelesaian skripsi dan prototipe buku teks adalah mencari izin untuk melaksanakan riset di sekolah menengah atas (SMA) di kawasan Surabaya. "Mencari izin untuk melaksanakan riset di sekolah kawasan Surabaya tidak semudah di kawasan luar Surabaya sebab harus meminta izin ke pihak Bangkesbangpol Surabaya dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya," jelasnya. (Yusuf/Annisa)