www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama ini belum cukup untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Karena itu dibutuhkan terobosan, inovasi dan transformasi berkelanjutan. Itu disampaikan Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Dr. Iwan Syahril, Ph.D., dalam Seminar Transformasi Pendidikan Profesi Guru di Indonesia dan Australia di UNESA pada Senin, 20 Maret 2023.
Dalam seminar atas kerja sama UNESA dengan Western Sydney University, Australia itu Iwan Syahril menambahkan bahwa untuk melakukan sejumlah perubahan dalam transformasi PPG di Indonesia dibutuhkan keberanian untuk mengambil risiko. Keberanian untuk mencoba menjadi pintu lahirnya inovasi.
Tiga Aspek Transformasi
Menyampaikan pesan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., dia menegaskan bahwa salah satu transformasi yang dilakukan belakangan ini yaitu program PPG pra Jabatan. Nah, transformasi ini bisa dimulai dari tiga aspek.
Pertama, penguatan asesmen yang meliputi seleksi masuk dan ujian kelulusan. Seleksi masuk harus dapat menyaring kemampuan materi calon guru serta nilai dan pola pikir untuk menjadi guru yang baik. Hanya yang memiliki komitmen kuat yang bisa diterima di program PPG. hanya yang mampu mendidik dengan filosofi berpihak kepada murid yang bisa diluluskan.
Kedua, penguatan kurikulum. Kurikulum PPG harus berorientasi pada praktek yang meningkatkan kemampuan refleksi pemecahan masalah dengan pendekatan clinical experience. Perlu melibatkan praktisi sebagai pengajar, bukan sebagai guru mentor tetapi bagian dari program itu sendiri. "PPG harus berbasis sekolah agar mahasiswa PPG dihadapkan pada kondisi dan tantangan nyata di lapangan," tambahnya.
Ketiga, penguatan kolaborasi. Inovasi, lanjutnya, tidak bisa hadir tanpa kolaborasi. Perguruan tinggi baik LTPK maupun non-LPTK, pemda sekolah negeri dan swasta mitra pembangunan harus bergerak bersama mengembangkan dan melaksanakan model-model inovasi.
www.unesa.ac.id
Penguatan PPG dan Peran LPTK
Selain itu, ada beberapa aspek yang perlu dicatat dan dilakukan LPTK dalam pelaksanaan PPG yaitu; Pertama, memprioritaskan program studi pendidikan guru, bukan kedokteran, buka pariwisata atau yang lain. Kedua, peningkatan kapasitas SDM pendidikan guru program PPG.
Ketiga, memanfaatkan program kampus merdeka untuk melahirkan inovasi. Keempat, tugaskan dosen untuk mengajar di sekolah. Kelima, swasembada guru di masing-masing provinsi. Dengan kata lain, kampus yang ada di setiap daerah harus menjadi penyalur atas kebutuhan guru di sekolah-sekolah daerahnya.
"Saya mengajak semuanya untuk menjadikan pendidikan profesi guru sebagai bagian dari solusi dalam mengatasi krisis pembelajaran agar bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang unggul dan SDM unggul dari guru-guru yang dihasilkan sehingga murid kita diajarkan guru yang semakin bagus," ajaknya.
Makna Merdeka Belajar
Pada kesempatan itu, Iwan Syahril juga menyampaikan kembali makna merdeka belajar. Menurutnya, merdeka belajar adalah upaya untuk problem solving krisis pembelajaran.
Pemecahan masalah ini fokus pada tiga hal yaitu pertama fokus pada murid, kedua fokus pada murid dan ketiga fokus pada murid. Dalam konteks perguruan tinggi fokusnya adalah mahasiswa.
Delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di perguruan tinggi ujung-ujungnya mengacu pada IKU satu yaitu lulusannya seperti apa? bisa bersaing di dunia kerja atau tidak dan sebagainya.
"Fokusnya pada murid atau mahasiswa, bagaimana dampaknya bagi mereka bagaimana lulusan kita. Merdeka belajar ini memang tidak mengenakan bagi kita yang menjalaninya. Namun di luar sana menimbulkan detak kagum yang luar biasa melihat apa yang dunia pendidikan kita lakukan saat ini," tandasnya.
***
www.unesa.ac.id
Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, dalam sambutannya mengatakan bahwa seminar ini merupakan upaya yang bagus untuk terus mengevaluasi sekaligus menguatkan kompetensi dan memproyeksikan guru ke depan. Menurutnya guru harus terus dipersiapkan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Untuk mencapai visi tersebut, tentu membutuhkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Salah satu pilar penting untuk mewujudkan SDM unggul yaitu guru. Ini penting kita lakukan bersama dalam rangka melakukan transformasi pendidikan secara konsisten diharapkan mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
"Mutu pendidikan tidak bisa dicapai tanpa melakukan pembenahan pembelajaran. Pembelajaran bermutu tidak akan dicapai tanpa adanya peningkatan kualitas guru sebagai profesi bermartabat. Tentu ada banyak sekali tantangan kita ke depan, tetapi dengan kita berkolaborasi bisa merumuskan formula menuju mutu pendidikan yang lebih bagus lagi ke depan," ucapnya.
Dia berharap seminar ini bisa memberikan kontribusi bagi perbaikan sistem pendidikan guru di Indonesia. "Semoga menghasilkan rekomendasi yang bisa diterima pemangku kepentingan dan menjadi angin segar bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia," harapnya.
***
Seminar ini dikemas dalam dua sesi yang dihadiri sejumlah pemateri yang masing-masing dari Indonesia dan Australia. Selain Iwan Syahril juga hadir Prof. Michele Simons, Dean School of Education, Western Sydney University (Perkembangan Pendidikan Guru di Australia).
Selain itu ada Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., Direktur Kelembagaan Kemendikbudristek Dr. Lukman, S.T., M.Hum., Prof. Dr. Anita Lie, M.A., Ed.D., dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim. Adapun tamu undangan yang hadir yaitu jajaran Konsulat dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Australia, jajaran rektor dari 12 LTPK, jajaran Forum Asosiasi Rektor dan Dekan dan penyelenggara PPG di seluruh Indonesia. []
***
Penulis: Nabilla Habibah
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: