www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk dunia adalah penyandang disabilitas. International Labour Organization (ILO) mencatat, ada sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang dan kerap kali menghadapi keterbatasan akses atas kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan yang layak.
Atas dasar itulah, disabilitas menjadi konsen sejumlah perguruan tinggi di berbagai negara, salah satunya Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Sebagai kampus inklusi, UNESA gencar mengadakan forum internasional. Terbaru, mereka mengadakan webinar internasional secara hybrid di Rektorat UNESA pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Webinar yang bertajuk “Best Practices of Inclusive Education in Many Countries” itu menghadirkan sejumlah pakar dari berbagai negara sebagai pembicara. Ada Prof. Kieron Sheehy dari Open University, UK, Prof. Joanna Kossewska dari Uniwersytet Pedagogiczny, Polandia, Olli-Pekka Malinen, Ph.D dari University of Jyvaskyla dari Finlandia dan Prof. Dr Budiyanto dari UNESA serta Muhammad Nurul Ashar, S.Pd., M.Ed sebagai moderator.
www.unesa.ac.id
Polandia
Prof. Joana memulai diskusi tersebut dengan paparan pendidikan inklusi di Polandia. Sistem pendidikan di sana memiliki skema yang menarik. Peserta didik disabilitas di Polandia mendapatkan dua sertifikat yaitu, sertifikat untuk memperoleh dukungan dana dan sertifikat membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Bagi anak-anak penyandang autis, di Polandia menyediakan tiga layanan pendidikan yang bisa diakses yaitu sekolah khusus, sekolah integrasi dan sekolah inklusi. Selain itu, pendidikan inklusi di sana juga didukung dengan berbagai skema dan layanan sejak masa kecil dan remaja.
www.unesa.ac.id
Finlandia
Bagaimana dengan di Finlandia? Olli-Pekka Malinen menjelaskan, layanan pendidikan khusus di ‘Negeri Seribu Danau’ itu terdiri dari tiga level layanan yaitu pendidikan umum, pendidikan intensif dan pendidikan khusus.
Dalam membelajarkan siswa berkebutuhan khusus, bisa dengan mendukung perilaku positif, peraturan dan tujuan kelas yang jelas, meningkatkan prediktabilitas di lingkungan, meningkatkan pujian untuk perilaku yang sesuai dan meningkatkan pujian khusus perilaku, menyajikan materi yang sesuai dengan tingkat instruksional siswa, aturan tempat duduk hingga penggunaan instruksi atau perintah yang efektif.
Dunia
Prof. Kieron mengajak peserta webinar yang terdiri dari seratus lebih mahasiswa UNESA itu untuk menyelami pengalaman pendidikan inklusi di UK dan di dunia. Secara umum dia menyampaikan bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pengertian atau definisi inklusif antar negara.
“Pemaknaan inklusi yang berbeda ini membuat pemaknaannya bersifat umum dan ini berdampak pada perbedaan praktik di berbagai negara,” beber peneliti pendidikan inklusi di dunia itu.
Ada beberapa aspek yang mendukung pendidikan inklusif yaitu kebijakan, guru, lingkungan, struktur pendidikan dan penilaian. “Jika praktik pendidikan dimaksudkan untuk memberi manfaat kepada peserta didik, maka penting untuk mendengarkan pandangan dan memahami kebutuhan mereka sendiri. Berikan mereka sejumlah pembelajaran yang tepat berdasarkan komunikasi yang efektif, ini esensial,” terangnya.
Kajian-Rekomendasi
Guru Besar PLB UNESA Prof Budiyanto menuturkan, dari praktek pendidikan inklusi di berbagai negara dari paparan pemateri tersebut, ujung-ujungnya adalah bagaimana best practice tersebut bisa diimplementasikan di Indonesia.
Kebijakan pendidikan inklusi di Indonesia mencakup dua aspek yaitu perluasan akses dan peningkatan kualitas layanan atau mutu. “Sekarang Indonesia sudah memiliki 40 ribu lebih sekolah inklusi untuk pendidikan dasar dan menengah dari 394.000 sekolah. Kemudian ada 184 dari 3.300an perguruan tinggi yang memberikan layanan mahasiswa disabilitas,” paparnya.
“Dari sini bisa dilihat bahwa baru sekitar 2,5 persen kampus yang bukan layanan mahasiswa disabilitas. Ini yang jadi pekerjaan rumah kita semua ke depan,” tambahnya.
Guna meningkatkan kualitas pendidikan inklusi di Indonesia, UNESA akan melakukan kajian mendalam terhadap data, riset dan pengalaman pakar dalam forum tersebut yang nantinya untuk disusun menjadi sebuah rekomendasi yang bisa disampaikan kepada pemerintah dalam konteks perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UNESA, Dr. Sujarwanto, M.Pd., berharap, webinar ini banyak mendapatkan insight untuk penguatan dan peningkatan kualitas pendidikan inklusi di Indonesia. [HUMAS UNESA]
Reporter/Penulis: Fiona Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: