www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id,SURABAYA-Dosen Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., sharing seputar pengembangan program vokasi dengan jajaran pimpinan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Surabaya, pada Jumat, 12 Agustus 2022. Pertemuan tersebut dikemas dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dengan judul ‘Terapkan Project Based Learning dan Teaching Factory di Sekolah Vokasi.’
Mantan Dirjen Vokasi itu memaparkan pengalamannya di program Vokasi UGM yang berdiri sejak 2009. Pada tiga tahun pertama, program vokasi yang pernah ia pimpin itu mengalami berbagai dinamika yang cukup menantang seperti didemo mahasiswa dan sebagainya. Selain itu, vokasi dulu sangat sedikit jumlah peminatnya. Masyarakat masih menganggap remeh sekolah vokasi saat itu. “Jumlah pendaftar saat itu masih sedikit pada 2012,” ujarnya.
Permasalahan pendidikan vokasi Indonesia saat ini ada pada industri yang mengeluh masih banyaknya lulusan vokasi yang belum siap kerja. Ini terlihat pada indeks produktivitas Indonesia sejak 2018 terus menurun ke 0,8. Kondisi ini berbanding terbalik dengan China yang angkanya terus naik ke angka 4,0.
Hal ini berpengaruh pada kegigihan SDM negara tersebut yang mampu menyelesaikan pekerjaan hanya dalam jangka waktu 2 jam. Sedangkan masyarakat Indonesia mampu menyelesaikannya dalam 10 jam bahkan bisa berhari-hari. “Penyebabnya karena pembelajaran negara kita sifatnya cuma cari nilai,” papar Wikan.
www.unesa.ac.id
Dunia industri, lanjutnya, juga mengeluhkan kurangnya pendidikan karakter dari lulusan sekolah vokasi. Pendidikan karakter ini mencakup soft skills lulusan yang memprihatinkan. Softskills yang kurang meliputi kurang tahan terhadap tekanan pada dunia kerja, kurang kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan, dan kurangnya kemampuan kerja sama tim (teamwork).
“Selama ini pola pendidikan jalur SMK di Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Brunei Darussalam,” terangnya.
Wikan menawarkan kurikulum pembelajaran 8+1 Link and Match guna memperbaiki permasalahan tersebut yang meliputi: 1) Kurikulum disusun bersama industri, 2) Pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja atau Project Based Learning (PBL), 3) Menambah jumlah dosen atau instruktur dari industri, 4) Magang atau praktik kerja di industri minimal 1 semester.
Kemudian 5) Sertifikasi kompetensi menyesuaikan dunia kerja (bagi lulusan maupun dosen atau instruktur), 6) Dosen atau instruktur rutin mendapat update perkembangan teknologi dan pelatihan dari dunia kerja, 7) Riset terapan mendukung Teaching Factory atau Teaching Industry, dan 8) Lulusan memiliki komitmen kuat terhadap dunia kerja.
Wikan menyarankan sistem kurikulum vokasi terdiri dari belajar materi kuliah full teori di semester 1 dan 2; semester 3, 4, dan 5 full materi yang menggunakan sistem Teaching Factory ; semester 6 fokus untuk MBKM; lalu di semester 7 dan 8 full magang.
Wikan berharap nantinya UNESA dapat menerapkan kurikulum 8+1 Link and Match serta Project Based Learning dan Teaching Factory yang akan menjadi resep hebatnya Fakultas Vokasi UNESA. Selanjutnya UNESA akan menciptakan lulusan yang berkompeten baik hard skills, soft skill, attitude, dan karakter.
Rapat ini dihadiri oleh Rektor UNESA: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., wakil rektor bidang umum dan keuangan, wakil rektor bidang kemahasiswaan dan alumni, wakil rektor bidang perencanaan dan kerja sama, koordinator program Vokasi, wakil direktur Vokasi dan seluruh dekan selingkung UNESA. [HUMAS UNESA]
Penulis: Fionna Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: