www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) diarahkan untuk siap menghadapi dunia kerja dan industri (DUDI). Karena itu, salah satu cara pembelajaran yang digunakan di SMK yaitu Teaching Factory (TeFa). Model pembelajaran ini berbasis produksi yang mengacu pada standar dan prosedur serta dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran tersebut, tim dosen UNESA memberikan pelatihan Pengembangan Teaching Factory Berbasis Budaya Kerja di SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten Mojokerto pada 21 Juli 2022.
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para guru di sana tentang cara menyusun struktur organisasi teaching factory, merencanakan produk teaching factory, menyusun jadwal blok dan merencanakan pemasaran. “Kegiatan ini termasuk tindak lanjut dari kegiatan yang sama di SMKN 3 Nganjuk, pada 5 Oktober 2021 lalu,” ujar Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd, Ketua Pelaksana.
Menurutnya, pembelajaran TEFA merupakan kolaborasi antara sekolah dan industri, yang mana hal tersebut dapat digunakan untuk belajar dan bekerja. “TeFa juga berkontribusi untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa sebelum benar-benar terjun di lingkungan industri yang sebenarnya,” terangnya.
www.unesa.ac.id
Dr. Ratna Suhartini, M.Si., anggota tim pelaksana menerangkan bahwa pelatihan TeFa di Kabupaten Mojokerto atas berbagai alasan, salah satunya karena baru sekitar 25% SMK negeri maupun swasta yang melaksanakan pembelajaran model TeFa. Mojokerto memiliki 61 SMK yang terdiri dari 8 SMK Negeri dan 53 SMK Swasta.
Pelatihan ini diikuti sebanyak 25 peserta. Adapun pemateri yang dilibatkan yaitu Dr. Ratna Suhartini, M.Si menjelaskan materi terkait TeFa dan budaya kerja. Ada Prof. Dr. Asto Buditjahjanto, M.Pd yang menyampaikan materi terkait ‘RPP dan Lay Out Bengkel’.
Pertemuan selanjutnya dihendel langsung Prof. Dr Ekohariadi, M.Pd. Dia membawa materi ‘Penilaian dan Pembelajaran TEFA’. Terakhir, Dr. Yeni Anistyasari, M.Kom menyampaikan materi ‘Marketing E-commerce Membuat Pemasaran Lewat WEB’. Mereka yang terjun dalam PKM ini, lanjut Ratna, merupakan dosen–dosen yang sudah berpengalaman dalam bidang TeFa di sejumlah sekolah.
Ratna menjelaskan bahwa sekolah merupakan replikasi dari industry. Dengan model ini, diharapkan siswa belajar dalam situasi seperti dalam industri. Terkait model ini terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan di antaranya dapat menghantarkan pada kompetensi peserta didik, berkualitas dan bernilai jual sesuai kebutuhan pasar.
Selain itu, dibutuhkan tahap yang berkelanjutan, dan lama proses produk serta lama pengerjaannya sesuai jadwal pembelajaran. “Perencanaan produk adalah persiapan untuk semua langkah yang diperlukan untuk melaksanakan produksi dan pasca-produksi suatu proyek,” jelasnya.
Lewat TeFa, produk yang dihasilkan siswa benar-benar harus sesuai standar pasar dan industri. Produk yang dihasilkan juga bisa bersaing di pasar, dari sisi harga, mutu, delivery dan penilaian pasar, diharapkan omzet, produk atau jasa meningkat serta memiliki harga tawar dan mampu bersaing dengan produk dari industri.
Prof Ekohariadi menambahkan bahwa melalui pelatihan-pelatihan semacam ini dapat memberikan pemahaman kepada guru dan sekolah tentang pentingnya pembelajaran TeFa untuk mendorong inovasi standar industri di SMK. Dalam kegiatan ini, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd., ditemani dosen dan pakar lainnya seperti Prof. Dr. IG. Asto Buditjahjanto., Dr. Ratna Suhartini, M.Si., dan Dr. Yeni Anistyasari, M.T. [HUMAS UNESA]
Penulis: Hasna
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi pribadi Dr. Ratna Suhartini, M.Si.,
Share It On: