SURABAYA - Proyek pembangunan dan pengembangan kampus terintegrasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di kawasan Lidah Wetan belum ada perkembangan. Hingga kini pihak sponsor belum memberikan kejelasan kapan nasib proyek raksasa senilai Rp 1,783 triliun itu dilanjutkan kembali. Rektor Unesa Haris Supratno mengungkapkan bahwa pihaknya hanya bisa menunggu kabar kelanjutan pelaksanaan proyek tersebut. Dan, katanya, saat ini pihak sponsor masih berupaya agar keinginannya bisa terealisasi. Yakni, membangun sebuah kampus terpadu dengan beragam fasilitas sesuai anggaran hibah tanpa ada pemotongan. "Kami belum diberitahu tentang perkembangannya," kata Haris. Sebagaimana diberitakan, terhambatnya proyek raksasa itu dikarenakan sponsor pemberi hibah menginginkan agar dana pembangunan langsung dibelanjakan untuk membuat gedung dan sarana-prasarananya sesuai rencana. Sponsor tidak ingin dana hibah dimasukkan ke kas negara melalui APBN. Jika dana hibah itu masuk APBN maka dana itu akan terkena ketentuan potongan biaya administrasi sekitar 30 persen atau sekitar Rp 534 miliar). Biaya itu untuk pajak, panitia, dan laba rekanan. " Semua sudah siap, tinggal merealisasikan pembangunan saja," kata Haris. Bahkan, berkas anggaran plus data rancang bangun gedung terpadu selalu ditempatkan di meja kerjanya. Harapannya, bila sewaktu-sewaktu hibah murni itu dilakukan berkas siap dipergunakan. Dalam berkas anggaran tercantum jelas tentang dana yang dibutuhkan untuk membangun tiap gedung dan lapangan. Setidaknya di lahan seluas 80 hektar itu nantinya berdiri gedung rektorat, pascasarjana, perpustakaan, graha Unesa, dan delapan fakultas. Selain itu, teaching hospital, student center, bimbingan karier dan pendidikan latihan. Juga akan dibangun guest house, masjid, perumahan dosen, dan karyawan, lapangan atletik, lapangan sepakbola, dan parasarana lingkungan seperti jalan, parkir, taman, serta penghijauan. " Total dana pembangunan Rp 1 triliun lebih," ujarnya. Untuk biaya sarana, prasarana, dan perlengkapan senilai Rp 779 miliar. Dengan demikian, total hibah keseluruhan sebesar Rp 1,783 triliun. Sebagian besar dana itu terserap untuk pembangunan asrama mahasiswa yang mebutuhkan dana Rp 117 miliar. Dalam rancangan gedung yang paling megah nanti adalah tempat tidur mahasiswa itu dengan jumlah lantai 20. " Mahasiswa yang bisa ditampung sekitar 4.000-5.000," ucap Haris Dana terbesar kedua untuk kebutuhan pembangunan masing-masing fakultas. Tiap fakultas dijatah Rp 87 miliar. Sisanya, untuk membangun gedung dan sarana lainnya. Lalu, nasib kampus Unesa Ketintang? Rencananya, bila pembangunan kampus terpadu tersebut terealisasi, maka kampus Unesai di Ketintang akan digunakan untuk program diploma. Dengan demikian, Unesa memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mahasiswa termasuk program diploma. "Itu memang rencana kami, tetapi sampai sekarang belum bisa terelaisasi," kata Haris. Gara-gara kendala tersebut rencara "bedol deso" Unesa dari kampus Ketintang ke kampus Lidah Wetan memang tidak berjalam. Realisasi pembangunan yang sedianya dimulai tahun lalu pun tidak terwujud. PT Brawidjaja Binangoen Nusantara, anak perusahaan pemberi hibah yang ada di Indonesia (lembaga itu berkantor di Hongkong dan Singapura), yang ditunjuk untuk merealisasikan pembagunan proyek tersebut sampai sekarang tidak bisa memulai pembangunan. (may/hud) Sumber : www.jawapos.com