Seminar Kebangsaan ini dihadiri seluruh jajaran pimpinan dan civitas kampus ‘Rumah Para Juara.’
Unesa.ac.id, SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya gelar seminar kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional dengan tema ‘Santri Menjawab Tantangan Zaman: Inovasi, Integritas, dan Keberagaman’ pada Rabu, 13 November 2024 di Auditorium lantai 11, Rektorat UNESA Kampus 2 Lidah Wetan.
Ketua panitia, Syafi'ul Anam, menyampaikan bahwa peringatan Hari Santri Nasional diadakan, selain untuk mengenang jasa dan kiprah ulama dan santri dalam sejarah kemerdekaan dan perkembangan Indonesia.
Juga sebagai wadah para santri agar dapat memperkuat pengembangan diri dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, serta menjaga tradisi keberagaman yang telah terbangun di pesantren.
“Kita berharap santri UNESA bisa memberikan dampak luar biasa setelah mereka lulus,” ujar dosen sekaligus dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) itu.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Madlazim, menekankan pentingnya seminar kebangsaan di tengah dinamika sosial dan permasalahan global saat ini.
Guru besar FMIPA itu menekankan pentingnya peran santri dalam memperkuat iman dan praktik keagamaan yang berdampak positif pada kesejahteraan sosial dan pemerintahan.
Ia mengajak peserta untuk merenungkan peran santri sebagai penjaga moral, penjaga harmoni sosial, serta pengawal keadilan yang berkontribusi penting dalam menjaga kesatuan bangsa dan mendorong kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Seminar ini menjadi wadah untuk mengingat kembali spirit dan kiprah para ulama dan santri, sebagai penguatan peran generasi muda sekarang dalam meningkatkan kontribusi positif bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
KH. Abdul Hakim Mahfudz, Ketua PWNU Jawa Timur, menegaskan bahwa tema Hari Santri di UNESA tahun ini terinspirasi dari perjuangan para leluhur sejak awal 1900-an, saat ulama mendirikan organisasi-organisasi Islam untuk melawan penjajahan secara terselubung.
Ia mengingatkan kontribusi penting umat Islam dalam mencapai kemerdekaan Indonesia, seperti peran organisasi Islam dalam resolusi jihad dan dialog para pahlawan dengan ulama sebagai bentuk panduan sebelum perang.
Di sisi lain, KH. Asrorun Niam Sholeh, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, menekankan bahwa santri modern perlu memahami informasi secara global tanpa melupakan ilmu agama.
Santri diharapkan dapat berkontribusi optimal dalam pembangunan bangsa dengan mengenali persoalan nyata di masyarakat melalui perspektif keilmuan yang seimbang antara ilmu duniawi dan ukhrawi.
Ia menegaskan, santri perlu memiliki disiplin dalam berbagai bidang ilmu seperti fisika, kedokteran, dan biologi yang ditujukan untuk kemanusiaan, sekaligus menjadi rujukan dalam isu-isu keagamaan.
Diversifikasi ilmu adalah kunci agar santri mampu menjadi penggerak perubahan. “Kuncinya adalah setelah minat ditemukan, belajar yang rajin, kemudian berkontribusi bagi masyarakat secara nyata,” ucapnya.[*]
***
Reporter: Tarisa (FBS), dan Putra (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: