Untuk meningkatkan kualitas pengajaran di kampus, Unesa merilis program Lesson Study (LS) atau jugyokenkyuu yang diadopsi dari Jepang. Program LS dilaksanakan untuk meningkatkan mutu dan kulitas dosen dalam melakukan proses belajar mengajar (PBM). Dosen Matematika Fakultas MIPA Unesa, Manuharawati menyatakan, dalam meningkatkan mutu dan kualitas dosen di Unesa, ia bersama dengan rekan-rekan di kampus berkomitmen untuk menyukseskan program LS. Selain itu program LS dikemas dengan nuansa pelatihan atau workshop agar menarik untuk diikuiti. Kita dapat melihat antusias peserta yang hadir dalam workshop sebanyak 60 orang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Untuk dosen yang hadir mencapai 40 orang sedangkan mahasiswa sebanyak 20 orang, ujarnya. Manuharawti menjelaskan, LS ini merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas serta mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, tahapan LS terdiri dari tiga yaitu merencanakan (plan), melaksanakan (do) dan merefleksikan (see). Pertama, untuk perencanaan, guru atau dosen diwajibkan membuat suatu persiapan. Persiapan ini adalah guru harus mengidentifikasi masalah pembelajaran seperti membuat materi ajar yang sesuai kurikulum, adanya teaching material (hands on) dan guru wajib menggunakan strategi pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti, penutup atau kegiatan akhir). Kedua adalah perencanaan dalam menentukan guru atau dosen dan model observer. Guru dapat menentukan siapa yang menjadi model pengajar pada saat implementasi pembelajaran, tegasnya. Sedangkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam model observer adalah membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah membuat catatan tentang situasi siswa dalam melakukan kerja sama atau tidak, mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa serta membuat catatan tentang variasi metode penyelesaian masalah dari siswa secara individu atau kelompok termasuk strategi yang salah. Ketiga adalah tahap refleksi yang dilakukan setelah PBM selesai dan dalam pelaksaannya tahapan refleksi ini membutuhkan minimal tiga orang untuk duduk didepan seperti kepala sekolah sebagai pemandu diskusi, guru model dan tenaga ahli. [prastyo_humas]