www.unesa.ac.id
unesa.ac.id-Surabaya, Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unesa Dr. Anang Kisyanto, S.Sos M.Si berkesempatan menjadi narasumber mewakili akademisi dalam program dialog tentang “Geliat Ekonomi Bangkit Tanpa Mudik” di JTV pada Senin (17/5/2021).
Pada kesempatan itu, Anang bersanding dengan pembicara lainnya, yakni ketua BPS Jawa Timur Dr. Dadang Hardiwan S.SI M.Si dan Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Jawa Timur Yapto Willy Sinatra. Dengan berbagai disiplin keilmuan dan perspektifnya masing-masing, para pembicara mengupas secara rinci tentang kondisi perekonomian Jawa Timur pada masa pandemi.
Kebijakan pemerintah terkait pengetatan dan laragan mudik memberikan dampak pengurangan konsumsi rumah tangga terutama di sektor transportasi, hotel restoran, makanan dan minuman dan sektor sandang. Dalam beberapa pendapat, kebijakan pemerintah tersebut tidak terlalu signifikan. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat selama 2 minggu masa lebaran tahun 2020 lalu, uang yang beredar di masarakat mencapai 114 triliun dan peredaran uang semakin naik di momentum lebaran tahun 2021.
Kebijakan pemerintah tanpa mudik, tahun ini ternyata tidak sama dgn tahun lalu, kebijakan mudik masih dapat dikatakan agak longgar, dapat dibuktikan dengan pusat belanja masih terlihat ramai.
Menurut Anang, larangan mudik berdampak terhadap perekonomian di Jawa Timur. Sempat terjadi penurunan kegiatan perekonimian. Namun, tidak terlalu signifikan. “Dibanding lebaran sebelumnya, tahun ini terjadi peningkatan pertumbuhan meskipun tidak terlalu signifikan. Selain itu, terjadi pergeseran pola perilaku konsumen, yang dulunya memesan makan tradisional bergeser ke sistem pemesanan online dari rumah,” tutur Anang.
Dia melanjutkan, peredaran uang atau jumlah perputaran uang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi, apalagi menjelang lebaran tunjangan hari raya (THR) untuk ASN dan karyawan menambah jumlah uang yang beredar yang tentu berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat.
Meski situasi pandemi tampak sulit, tetapi bisa menjadi momentum yang baik untuk akselerasi revolusi industry 4.0 di tengah masyarakat Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Akibat pandemi, produsen maupun konsumen “dipaksa” beradaptasi dengan tuntutan perkembangan teknologi mutakhir.
Dia menegaskan bahwa selama masyarakat konsisten dan disiplin menerapkan protokol kesehatan, maka pandemi bisa cepat berlalu dan kondisi ekonomi pun lekas pulih. Menurutnya, para pelaku usaha mempunyai ketangguhan dalam bertahan di masa pandemi. Selain itu, juga memiliki kreativitas yang tinggi dalam mencari dan mendesain produk-produk baru.
Di akhir penyampaiannya, Anang juga menyampaikan stategi bagi pengusaha untuk dapat bertahan dan dapat meningkatkan perekonomian Jawa Timur. Pertama, untuk jangka pendek, pelaku usaha harus lebih kreatif dalam membaca peluang kebutuhan konsumen saat ini. Kemudian juga perlu melakukan efisiensi sekaligus mengambil margin keuntungan yang minimalis sebagai salah satu wujud gotong royong masyarakat.
Kedua, untuk jangka menengah perlu digitalisasi bisnis dan pemerintah harus menciptakan ekosistem bisnis digital yang sehat. “Saya apresiasi, saat ini Kemendikbud sudah mewajibkan seluruh prodi menempuh matkul bisnis digital dan di FEB Unesa sudah menerapkan itu. Semester depan akan membuka prodi bisnis digital sebagai salah satu bentuk kontribsi FEB Unesa dalam percepatan digitalisasi bisnis di era revolusi industry 4.0 ini,” ujarnya. (QQ/EHA/zam)
Share It On: