
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bekerja sama dengan Afiliasi Pengajar, Peneliti Budaya, Bahasa, Sastra, Komunikasi, Seni, dan Desain (Apebskid) Jawa Timur menggelar webinar pada Sabtu, 15 Maret 2025. "Kepengarangan Perempuan dalam Khazanah Kesusastraan Indonesia" menjadi tema yang diangkat pada seri keempat ini.
Dekan FBS Unesa sekaligus Dewan Pembina Apebskid Jatim, Syafi'ul Anam menuturkan, kegiatan ini menjadi majelis ilmu yang sangat strategis dalam memperkuat iklim kajian dan diskusi akademik di kampus dan luar kampus.
“Diharapkan materi para narsum memberikan insights yang penting bagi seluruh peserta, serta memantik inspirasi untuk berkarya selanjutnya,” ujar dosen Sastra Inggris tersebut.
Suwardi Endraswara, guru besar antropologi sastra UNY sekaligus Dewan Pembina Apebskid Indonesia menyampaikan terkait "Kajian Hiperteks. Hiperrealitas, dan Hipermarket Sastra, Seni, Komunikasi, Budaya, dan Desain".
Menurutnya, dalam perkembangan sastra, sastrawan, akademisi, dan para pemerhati harus menaruh perhatian besar terhadap ketiga poin penting yaitu hiperteks, hiperealitas, dan hipermarket.
Hiperteks adalah karakteristik media baru yang memanfaatkan teks untuk menghubungkan dengan teks lain. Sehingga membantu pembaca mendapatkan informasi yang berkaitan dengan cepat.
Salah satu penerapannya ada dalam sastra adalah karya-karya yang terkait dengan hewan atau zoologi. Sastrawan harus mampu menangkap hiperteks dan menyajikannya dalam karya mereka.
Kemudian, para penyair juga harus mampu menangkap hiperealitas. Apalagi pada era digital ini, realitas dan dunia maya seolah tidak ada batasan. Sebagai penyair harus menangkap hal ini tidak hanya dalam pesan yang dibawakan termasuk juga strategi branding karya.
“Sehingga terakhir perlu, hipermarket, karya tidak hanya sekedar mengekspresikan diri, tetapi dikembangkan ke arah hipermarket bisnis sastra, termasuk toko buku harus tidak hanya menyediakan beli buku, tetapi juga ada tempat bermain, tempat makan, tempat ibadah, dan lain-lain” ujarnya.
Terdapat empat hal penting dalam hipermarket sastra yang dikemukakan Endraswara. Pertama, strategi minimarket, upaya menawarkan dan menjual karya sastra yang masih kelas kecil, dalam lingkup kecil, ada kalanya bersifat pribadi, antar teman, kurang legal formal, melalui grup WhatsApp, diam-diam, antar personal.
Kedua, strategi supermarket, upaya menciptakan pasar, iklan, dan tokoh sastra yang sudah lebih maju, lebih legal, ada petugas sales. sastra, pegawai yang digaji, seperti halnya toko buku. Supermarket sudah sedikit memanfaatkan media elektronik, biarpun masih terbatas kasir saja, namun gastronomi.
Ketiga, strategi hipermarket, sebuah ruang kondusif untuk penjualan dan penawaran karya sastra. Keempat, konsep hipermarket sastra, memerlukan beberapa ruang seperti display, taman baca, tempat bermain, kantin, meeting room, dan sebagainya yang didesain dalam konteks hipermedia.
Kegiatan ini juga dihadiri narasumber lain; Ekarini Saraswati, akademisi Universitas Muhammadiyah Malang yang membahas tentang “Modal Budaya, Modal Sosial dan Strategi Kepenyairan Toeti Heraty dan Dorothea Rosa Herliany."
Berikutnya, Furoidatul Husniah, akademisi Universitas Jember yang membahas tentang "Suara Perempuan Santri dalam Karya Sastra Indonesia: Eksplorasi Kepengarangan Perempuan Perspektif Antropologi Feminisme.” []
***
Reporter: Muhammad Azhar Adi Mas’ud (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: