www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Rabu, (18/08) Jurusan Pendidikan dan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya menggelar webinar seri ke-8 dengan tema SFL-Based Text Analysis ELT. Dua narasumber dihadirkan dalam webinar tersebut. Mereka adalah Dr. Oikurema Purwati, M.A., M.AppL., Dosen Bahasa dan Sastra Inggris Unesa dan Esti Kurniasih, S.Pd., M.Pd., Dosen Bahasa dan Sastra Inggris Unesa.
Webinar yang dimoderatori oleh Dosen Bahasa dan Sastra Inggris Unesa, Nur Chakim, S.Pd., M.Pd., itu digelar melalui platform zoom meeting conference dan channel youtube English Department Unesa, serta diikuti oleh kurang lebih 200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya juga mengembangkan SARGAM yaitu Webinar Lewat Telegram agar seluruh peserta dapat tertampung dan mengikuti kegiatan sarasehan dengan baik.
Esti Kurniasih atau yang biasa disapa dengan Ma’am Esti menyampaikan materi tentang definisi text menurut expert, karakteristik text hubungan antara context dan content dan macam-macam proses. Dalam penjelasannya, ia menyampaikan bahwa text adalah message and meaning dalam lingkup berbicara dan menulis. “Segala sesuatu yang berhubungan dengan text pasti memiliki arti karena definisi text ialah meaning atau passage,” terang Esti Kurniasih.
Pada kesempatan yang sama, Oikurema Purwati menyampakan materi tentang teori linguistic yang mendasari Kurikulum Bahasa Inggris 2013. Ia menjelaskan bahwa dalam pandangan SLF Bahasa adalah semiotik sosial, yang mana setiap bahasa dan budaya memiliki semiotik masing-masing. Ia mencontohkan senyum memiliki arti yang berbeda pada setiap budaya atau bahasa. Dalam Islam senyum adalah ibadah tetapi di sebagian budaya atau bahasa senyum di gunakan untuk menolak sesuatu dengan baik dan lembut.
Menguatkan penjelasan tersebut, Oikurema Purwati mengatakan bahwa terdapat beberapa perbedaan cara penggunaan Systemic Functional Linguistics (SFL) dan Structuralist Linguistics. Menurutnya, SFL lebih fokus ke fungsi text dari pada struktur text, dan itu berbanding terbalik dengan Structuralist Linguistics yang lebih focus ke struktur text dari pada fungsi text itu sendiri. Selain itu, Oikurema Purwati menjelaskan bahwa Bahasa yang digunakan itu bergatung pada lawan bicara. Bahasa yang digunakan di sekolah atau akademik berbeda dengan Bahasa yang digukanan saat di pasar. Karenanya, kita harus bisa memilah dan memilih Bahasa dengan baik. “Dalam berbicara kita harus memerhatikan lawan bicara dan keadaan. Jangan sampai Bahasa yang kita gunakan itu menyusahkan lawan bicara,” ungkap Oikurema.
Sebagai Informasi, Webinar yang berlangsung sejak pukul 10.00 Wib ini berlangsung dengan khidmat dan antusias oleh ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang saling bertukar pikiran. “Harapannya, webinar ini dapat memberikan ilmu pengetahuan baru bagi pendidik, mahasiswa dan siswa serta dapat mereka implementasikan dengan baik,” tegas Nur Chakim, moderator pada webinar kali ini. (wulida/sir)
Share It On: