www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id - Surabaya, Dampak lingkungan di tengah pandemi Covid-19 menjadi salah satu isu yang sering diperbincangkan. Pasalnya, selain dampak ekonomi dan sosial, wabah ini juga memberikan dampak terhadap lingkungan. Melalui Webinar lingkungan, Kementrian Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unesa mengangkat isu tersebut dengan menghadirkan narasumber yang pakar di bidangnya. Diantaranya, Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc., Adi Chandra, S.Si. M.Si., dan Hanie Ismail, S.E. Webinar yang dipandu oleh Andika Cahyadi selaku Staff Kementrian Lingkungan BEM Unesa periode 2020 ini berlangsung pada pukul 10.00 WIB melalui aplikasi Zoom, Sabtu (16/5).
Webinar yang mengusung tema ‘Wajah Lingkungan di Tengah Pandemi’ ini dibuka oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Dalam sambutannya, Nurhasan sangat mengapresasi acara yang diselenggrakan oleh BEM Unesa ini. Menurutnya, selain berpengaruh di sektor ekonomi dan sosial, masyarakat secara luas juga perlu tahu dampak yang ditimbulkan wabah Covid-19 dari segi lingkungan.
“Seperti berkurangnya polusi udara misalnya. Karena hal ini disebabkan oleh beberapa industri yang mengurangi bahkan menghentikan operasi, kampanye sosial (physical distancing) yang juga mengurangi mobilitas masyarakat,” terang Nurhasan.
Ke depan, ia berharap agar muncul inovasi agar masyarakat bisa berkativitas dengan kebiasaan baru tapi tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Harapannya dapat menjadi sumber pemikiran agar bisa tetap menjaga lingkungan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Agar manusia juga bisa memanfaatkan sumber daya alam dan tetap peduli terhadap ekosisetem sekitar,” pungkasnya.
Webinar dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc. Ia sependapat dengan rektor terkait dampak lingkungan dari wabah ini. Menurutnya, salah satu dampak positif terhadap lingkungan adalah penurunan penggunaan bahan bakar fosil.
“Kalau penggunaanya turun, otomatis gas buang yang dihasilkan juga menurun,” imbuh Sigit.
Di sisi lain, Sekertaris Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kemetrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini menjelaskan pandemic ini menimbulkan efek negatif untuk konservasi satwa dan konservasi alam.
“Mengenai kesejahteraan hewan di kebun binatang dan taman safari misalnya. Karena sudah sejak lama tidak ada pengunjung, otomatis tidak ada pemasukan. Maka ancaman kesejahteraan hewan juga terancam. Bahkan ada hewan yang harus dijadikan pakan untuk hewan lain,” tuturnya.
Selain itu, pandemic ini juga mengancam kawasan konservasi, Sigit menambahkan jika kemungkinan besar terjadi perburuan liar dan pembalakan liar akibat pengawasan yang menurun.
“Ada juga tuntutan kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan makanan di sekitarnya,” tambahnya.
Di tengah penerapan kebijakan pemerintah terkait physical distancing dan Work From Home (WFH) ini, Sigit menerangkan terkait sektor – sektor yang cocok diterapkan dalam situasi sekarang.
“Saat-saat seperti ini, ada beberapa sektor yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang WFH, yaitu sektor yang berkaitan dengan komunikasi, IT, keuangan, real estate dan administrasi. Jadi barangkali dari pembelajaran nanti bisa diadopsi pasca pandemic ini,” kata Sigit.
Covid-19 memang merupakan bencana yang menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi. Masyarakat juga tidak berharap ini terjadi lagi, tapi paling tidak mengingatkan, aktvitas ekonomi dan sosial yang tinggi bisa menyebabkan tekanan kepada lingkungan.
“Kalau itu bisa diubah perilaku kita hingga kita menggunakan prinsip lingkungan dalam melakukan usaha dan interaksi sosial. Barangkali itu akan mengurangi tekanan kepada lingkungan. Sehingga ini bisa menjadi kebiasaan baru yang disampaikan pak rektor tadi,” ujar Sigit.
Kegiatan webinar dilanjutkan kembali dengan pemateri dari Hanie Ismail. Aktivis Komunitas Nol Sampah ini membahas tentang penurunan aktivitas manusia di perkantoran dan jalan yang berpengaruh juga terhadap lingkungan. Namun di sisi lain, aktivitas yang sering dilakukan di rumah, justru membuat volume sampah rumah tangga menjadi meningkat.
“Kita perlu evaluasi kebiasaan kita membuat sampah terutama di lingkungan keluarga. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi penggunaan sampah plastikPenyuluh, DKRTH, dan tisu. Jangan pelihara keegoisan kita agar merasakan kepuasan, tapi imbasnya bumi yang kita cintai ini akan jadi korban,” papar Hanie.
Pemaparan materi terakhirditutup oleh Adi Chandra, S.Si.,M.Si. Penyuluh Lingkungan Hidup Sub Bagian Pemberdayaan Masyarakat DKRTH Surabaya ini membahas tentang kewirausahaan berbasis lingkungan di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi ini berakibat terhadap krisis ekonomi global yang menohok sektor finansial Indonesia. Motivator lingkungan ini juga berpendapat, di tengah kondisi yang sangat mendesak ini perlu adanya kemandirian di bidang pangan. Salah satu yang bisa didorong dengan mengaktifkan urban farming.
“Dukungan terhadap eksistensi UMKM sebagai penyelamat ekonomi Indonesia. Beberapa kegiatan wirausaha berbasis lingkungan yang bisa dilakukan saat pandemi ini antara lain, aquaponik, briket organik, komposter aerob, bipori, taman hidroponik, rumah jamur, bank sampah, dan sebagainya,”jelas Adi. (Suryo)
Share It On: