www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Mengantisipasi kian banyaknya ragam idelologi dari luar yang bisa mengancam keutuhan NKRI, pembentukan karakter nasionalisme pada anak muda harus terus dikuatkan. Dalam tujuan tersebut, bertepatan juga dengan rangkaian Dies Natalis Ke-56, Universitas Negeri Surabaya menggelar Webinar Nasional dan FGD dengan tema “Bela Negara Bagi Generasi Muda Di Kampus Merdeka Dalam Rangka Membangun Semangat Solidaritas Dan Gotong Royong Menguatkan NKRI Di Era Abundance” Rabu (4/10).
Kegiatan ini menghadirkan Prof. Dr Muhadjir Effendy, MAP, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI sebagai pembicara kunci. Acara ini dibuka oleh Opening Speech dari Prof. Dr. Arif Satria, M.Si, Rektor IPB sekaligus Ketua Forum Rektor Indonesia dan Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, Rektor Unesa. Sebagai Narasumber kegiatan ini juga menghadirkan Irjen Polisi Drs. Refdi Andri, M.Si, Koordinator Staf Ahli Kapolri, Puti Guntur Soekarno, Anggota DPR RI, Yenny Wahid, Founder Wahid Institute, dan Prof. Dr. Warsono, MS, guru besar filsafat Pancasila Unesa.
Dalam forum ini, Muhadjir Effendy menegaskan pentingnya bela negara yang merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang warga negara yang dijiwai oleh kecintaan terhadap negaranya. Ia berpendapat cara menumbuhkan rasa kecintaan terhadap NKRI dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.
“Pembentukan sikap dan mental dasarnya adalah pendidikan karakter. Sebelum mereka diberi pembekalan yang lainnya. karakter tidak harus melalui pengertian. Tapi bisa melalui pembiasaan dan menjalankan sebuah peristiwa yang bisa diresapi oleh mereka. Seperti misalnya pada pelajaran Sejarah Indonesia. Bukan tentang fakta-faktanya yang disampaikan, namun semangatnya yang harus dipanggungkan,” kata Muhadjir
Untuk menguatkan bela negara, Arif Satria menyebut NKRI dan Pancasila menjadi hal yang sangat krusial. Menurutnya, NKRI dan pancasila sudah final oleh karenanya penting untuk kita selalu mengembangkan dan mempertahakan visi yang jauh ke depan tersebut. Lebih lanjut, Arif juga menawarkan gambaran bela negara yang lebih kontemporer untuk anak muda berupa inovasi.
“Dimensi ekonomi bisa diartikan bela negara bagi kaum muda. Bisa diterjemahkan dalam inovasi-inovasi. Karena nantinya, inovasi adalah fondasi bagi kemajuan ekonomi. Yang idenya, berasal dari kaum-kaum muda yang terus berfikir kreatif dan berinovasi,” jelasnya.
Dalam ihwal membangun karakter bela negara di kalangan anak muda, kampus punya posisi penting. Menurut Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, Rektor Universitas Negeri Surabaya, melihat ada berbagai tantangan baik dari internal maupu eksternal bisa meruntuhkan rasa nasionalisme generasi muda. Untuk itu menurutnya, kampus harus menjadi filter dan membangun rasa bela negara.
“Bukan dengan wajib militer, namun melalui aktivitas yang dilakukan di kampus. Dengan kurikulum serta narasi bela negara menjadi tanggung jawab penyelenggara pendidikan”, terangnya.
Nurhasan menegaskan komitmen Unesa untuk membentuk generasi muda yang berdaya saing, unggul dan tetap menjaga rasa cinta tanah air.
“Momentum ini adalah hal yang sangat penting, karena Unesa sebagai rujukan akademis. tiga tahun kami memiliki pusat pembinaan ideologi dibawah naungan langsung LPPM, semoga bisa membentuk civitas akademika dan di sekitar Unesa dengan karakter cinta tanah air,” tutupnya.
Setelah webinar, peserta yang berasal dari para akademisi, peneliti, dan organisasi kemasyarakatan melaksanakan Focus Grup Discussion dalam beberapa ruang virtual untuk membahas isu bela negara dalam ragam perspektif. Hasil dari diskusi tersebut akan direkomendasikan kepada pemerintah sebagai naskah akademis dan policy brief.
Share It On: