www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Dari 73 peserta seleksi atlet DBON atau calon olahragawan muda potensial nasional, 40 di antaranya berhasil lolos ke tahap seleksi skill yang berlangsung di UNESA pada Selasa, 19 Juli 2022. Rincian peserta yang lolos ke tahap ini yaitu 8 orang di cabor taekwondo, 10 orang di cabor renang, 18 orang cabor panahan dan 4 orang di atletik.
Wakil Pembinaan Timnas Panahan sekaligus tim pengawas cabor panahan Wiryawan Richard Yohanes mengatakan bahwa tahapan seleksi benar-benar ketat. Kemampuan peserta dilihat dari berbagai aspek. Seperti panahan misalnya yang dilihat mulai dari kepala hingga kaki. “Cara berdiri, memegang panah dan postur tubuh dalam memanah itu dilihat semua,” terangnya.
Kemudian dalam cabor taekwondo, Djoko Pratomo sebagai Sekretaris Umum Taekwondo Jawa Timur plus sebagai tim penilai menjelaskan bahwa poin yang diambil dalam seleksi ini adalah teknik, akurasi, reaksi dan balance.
Jenis tesnya bermacam-macam seperti ap-chagi atau tendangan ke depan menggunakan kaki depan, dollyo chagi atau tendangan ke bagian tengah tubuh atau ulu hati, jireugi atau pukulan ke atas, dwi chagi, dwi chireugi dan dwi huryeo chagi.
Beliau menuturkan bahwa fokus utama dalam penilaian adalah semangat dari peserta. “Karena peserta masih sangat muda, usia 11-14 tahun yang nantinya masih dibimbing dan dibina lagi jadi belum ke tahap seperti ketepatan teknik. Paling penting semangat dari pesertanya dulu,” ujarnya kepada tim Humas.
Lebih lanjut, Tim Pakar Kemenpora, Jovinus Carolus Legawa mengatakan bahwa untuk cabor renang, ph air, nutrisi atlet, kurikulum, pembelajaran serta tim kesehatan harus diperhatikan guna menciptakan atlet yang berkualitas di kancah Internasional.
www.unesa.ac.id
Dalam penilaian cabor renang terdapat beberapa yang dinilai meliputi gaya dada, gaya punggung, gaya bebas dan gaya kupu-kupu dengan masing-masing cabor memiliki lintasan paling jauh 1500 meter. Seluruh peserta harus mengikuti semua seleksi praktik gaya terlebih dahulu sebelum nantinya dikelompokkan.
Sementara untuk atletik yang dilihat yaitu dari aspek fleksibilitas, tes shocken, daya ledak otot tungkai, kecepatan, frekuensi langkah, dan endurance.
Peserta asal Bali, Daffa mengatakan bahwa persiapan untuk mengikuti DBON hanya sekitar satu minggu. “Senin sudah di sini sama orang tua dan langsung mengikuti tes,” ujar pria 14 tahun itu. Tahap seleksi tersebut, Daffa mengikuti cabor panahan. Untuk aspek tes dia sudah tidak kaget, sebab sudah belajar memanah sejak usia 6 tahun. Dia berharap bisa masuk di pembinaan DBON UNESA.
Hal yang sama juga diungkapkan Brilliyan peserta asal Sidoarjo. Dia juga mengaku sudah tertarik dengan olahraga panahan sejak umur 3 tahun. “Saya termotivasi gara-gara liat ASEAN GAMES 2010, dari situ saya jadi pengen jadi atlet panahan,” katanya.
Di cabor taekwondo, Elvis juga dari Sidoarjo mengungkapkan bahwa selama proses seleksi sudah mengerahkan seluruh kemampuan agar lolos DBON. Menjadi atlet taekwondo adalah cita-citanya sejak kecil. “Sempat ada beberapa teknik yang menantang. Saya tak mau putus asa sampai impian saya benar-benar tercapai menjadi bagian dari atlet masa depan Indonesia,” tukasnya peserta 14 tahun itu semangat. [HUMAS UNESA]
Penulis: Riska Umami dan Hayyu Anggreini
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: