www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah UNESA menyelenggarakan pagelaran wayang virtual diiringi Sanggar Bharada pada Sabtu, 18 Desember 2021. Acara tersebut dipentaskan di kediaman Yohan Susilo, S.Pd., M.Pd., pembimbing Sanggar Bharada, di Desa Karet, Kecamatan Krembung, Sidoarjo dan disiarkan di kanal Youtub BharadaTV_ID. Sesuai rencana, pementasan akan berlangsung tiga hari atau hingga 20 Desember 2021.
Pagelaran wayang itu dibawakan dalang Ki Gedhug Siswantoro dengan lakon “Dhuta Pamungkas”. Ini merupakan salah satu rangkaian pertunjukan yang tergabung dalam acara Pentas Seni Virtual dengan mengangkat tema “Greget Pentas Seni, Ing Mongso Pandemi”. Sebelumnya, juga terdapat pementasan pertunjukkan budaya lain seperti campursari, ludruk, dan kethoprak.
Pentas seni virtual ini dilaksanakan untuk memperingati Dies Natalis UNESA yang ke-57. Acara turut didukung Jawa Metrik. Pagelaran wayang ini terbilang menarik, karena dibawakan 3 dalang lintas generasi. Pada hari pertama, didalangi Ki Gedhug Siswantoro dengan lakon “Dhuta Pamungkas”. Kemudian pada hari kedua dalangnya Ki Yohan Susilo dengan lakon “Sidamukti”. Lalu pada hari terakhir, dalangnya yaitu Ki Tegar Damar Sasangka dengan lakon “Alap-alap Tunggul Naga”.
Dr. Surana, S.S, M.Hum., selaku ketua jurusan Bahasa dan Sastra Daerah UNESA menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh peserta yang terlibat dan kepada seluruh hadirin yang telah ikut serta meramaikan acara tersebut. Rasa terima kasih ia sampaikan juga kepada Yohan Susilo sekeluarga, karena telah memberikan sumbangsih yang luar biasa yaitu memberikan tempat terselenggaranya acara.
Selanjutnya ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ki Gedhug Siswantoro yang telah menjadi dalang dalam acara pewayangan ini., bahkan dari penjelasannya bukan hanya Ki Gedhug Siswantoro yang turut serta menyukseskan acara. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa berkat doa restu dari semua pihak Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa UNESA mampu menorekan prestasi yang luar biasa yaitu mampu menjadi juara 3 internasional dan telah menyisihkan 80 lebih perguruan tinggi sedunia dalam Jawametrik.
Prestasi tersebut berdampak pada kegiatan. Selain itu ia juga menyampaikan bahwa sekarang ini prodi Bahasa dan Sastra Jawa (JBSD) menunggu pengumuman dari akreditasi internasional. Ia berharap JBSD UNESA mampu mendapatkan akreditasi internasional. Ia beberkan pendapat dari salah seorang asesor akreditasi, bahwa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia termasuk prodi yang excellent dikuti oleh jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. “Mohon doa restu dari semua pihak semoga hal ini dapat diberikan kemudahan dan diberikan ridho dari Tuhan sehingga dapat mencapai akreditasi internasional dan berpredikat unggul,” harapnya.
Ia melanjutkan, lakon pada hari sebenarnya bukanlah duta pamungkas (pamungkas keseluruhan) tetapi merupakan duta pamungkas untuk mengakhiri tahun 2021. Ia menambahkan, kegiatan ini juga merupakan bentuk persembahan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-57 UNES.
Menurutnya, dibalik usia UNESA yang menginjak angka 57 memiliki filosofi tersendiri. Angka 5 melambangkan Pancasila dan Rukun Islam yang terdiri dari 5 butir, sedangkan angka 7 merupakan angka dalam kebudayaan Jawa yang diyakini atau melambangkan pertolongan, karena angka tujuh dalam bahasa Jawa disebut sebagai “pitu” yang diyakini sebagai “pitulungan” atau pertolongan.
“Semoga di usia ke-57 tahun, UNESA selalu diberkati dan dalam lindungan Tuhan. Karena menurutnya jika sudah diberikan pertolongan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa maka segala sesuatunya menjadi lancar, berkah dan dapat diambil hikmahnya,” tuturnya.
Lakon “Duta Pamungkas” dalam pementasan itu menceritakan kisah Kresna Duta yang merupakan Sang Duta Pamungkas. Ki Gedhug Siswantoro mengemas cerita dalam wayang ini secara apik, juga diselingi dengan adegan dan celetukan jenaka yang memancing tawa para penonton. Ia mampu menjadikan penonton semakin menikmati pertunjukkan tanpa merasa bosan. Di sisi lain, Ki Gedhug Siswantoro juga memberikan penghayatan yang luar biasa dalam cerita sehingga penonton mampu memahami dan menghayati cerita dalam Lakon pewayangan tersebut. [Humas UNESA]
Reporter: Azhar Adi Mas’ud.
Editor: @zam*
Share It On: