www.unesa.ac.id
Oleh: Bayu Dwi Nur Wicaksono, Penulis adalah dosen Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, pelestari tradisi lisan bidang media kreatif ATL Pusat-Ditjen Kebudayaan Kemdikbud)
Kreativitas menjadi modal utama dalam pembangunan negara-negara maju. Sumber daya alam tidak lagi menjadi yang utama. Sumber daya insanilah yang berperanan. Tren perkembangan ekonomi dunia saat ini telah beralih dari industri teknologi informasi bergerak menuju ekonomi kreatif.
Kebijakan politik Presiden Jokowi mengerdilkan urusan ekonomi kreatif yang sebelumnya menyatu dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) menjadi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sangat disayangkan. Padahal ‘ekonomi kreatif’ menjadi tren perekonomian dunia. Selain itu, ekonomi kreatif terbukti mampu menopang perekonomian nasional di tengah badai krisis ekonomi 2008 dan 2015 seperti sekarang ini.
Literasi dipahami beragam oleh masyarakat. Literasi, pada mulanya dihubungkan dengan hal membaca dan menulis. Seiring dengan perkembangan zaman, istilah literasi disesuaikan dengan medianya. Untuk lebih memahami media baru literasi, berikut ini klasifikasi literasi menurut Baran, (2004: 38—49).
1. Literasi klasik (membaca, menulis, memahami) yang menghubungkan kepada proses membaca dan menulis, serta di sekolah-sekolah dasar telah digunakan sebagai aturan dasar.
2. Literasi audiovisual yang menghubungkan kepada media elektronik seperti film dan televisi, fokus pada gambar dan rangkaian gambar. Ini merupakan permulaan dari pendidikan berbeda yang digagas dengan segera tetapi tidak didukung penuh oleh kebijakan yang nyata.
3. Informasi atau digital literasi yang berasal dari komputer dan media digital yang telah membuat pentingnya belajar keterampilan baru. Ini merupakan konsep terbaru dan sering digunakan untuk mengacu pada keterampilan teknik yang diperlukan untuk peralatan digital modern.
4. Literasi Media yang dibutuhkan sebagai hasil dari konvergensi media –yang menggabungkan media elektronik (komunikasi massa) dan media digital (komunikasi multimedia) yang terjadi dalam berbagai perkembangan masyarakat informasi. Literasi Media ini meliputi beragam bentuk literasi: membaca, menulis, audiovisual, digital dan keterampilan baru yang diperlukan dalam sebuah iklim konvergensi media.
Berdasarkan klasifikasi literasi dengan perspekif media tersebut, dapat dipahami bahwa literasi merupakan kekuatan lunak (softpower) berbagai subsektor industri kreatif. Tanpa literasi, produk kreatif akan terasa hambar sebab ruhnya ada di tataran konstruksi dasar konseptual itu. Sementara, media kreatif merupakan kekuatan bendawi (hardpower). Tiga media yang terkait erat dengan literasi ialah media cetak, media audiovisual, dan media internet seperti daring (online), ponsel (handphone), permaian (game).
Definisi literasi media yang disampaikan James Potter, yaitu: A set of perspectives that we actively expose ourselves to the media to interpret the meaning of the messages we encounter. We build our perspectives from knowledge structures. To build our knowledge structures, we need tools and raw material. These tools are our skills. The raw material is information from the media and the real world. Active use means that we are aware of the messages and are consciously interacting with them (Potter, 2005: 22).
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa literasi media adalah berupa alat sedangkan kumpulan informasi atau pesan adalah bahan mentahnya. Jadi, pembahasan tentang literasi media tidak bisa mengabaikan isi pesan media tersebut. Dari isi pesan media itu lalu dimunculkan istilah literasi kreatif berdasarkan media, yaitu literasi kreatif bermediakan berita, fiksi, dan iklan. (bersambung)
Share It On: