Bukan hal yang mudah baginya ketika akhir perkuliahannya menjadi seorang guru ekonomi di salah satu SMA di Mojokerto. Berawal dari PPL yang dilakoninya di SMA tersebut, gadis berdarah Cina itu menggantikan salah satu guru pamong ekonomi yang berhalangan hadir karena sakit. Setelah melihat kemampuannya, pihak sekolah meresmikan dia menjadi guru ekonomi di SMAN 3 Mojokerto.
Selain itu, pengalaman organisasinya di Kopma Unesa sebagai staf PSDA (Pengembangan Sumber Daya Anggota) mampu mengantarkannya masuk dalam 25 besar Duta Koperasi se-Jawa Timur mewakili Kopma Unesa. Tak heran gadis yang hobi membaca buku ini mengangkat judul "Studi Tentang Manajemen Pengelolaan Koperasi Karyawan Keluarga Besar Petrokimia Gresik (K3PG)" dan memperoleh IPK 3,58 dengan predikat Cumlaude.
Ketika ditanya soal keberhasilannya menjadi wisudawan terbaik, Jenitta tidak menyangka mampu merebut kursi tertinggi selingkung FE. "Menjadi wisudawan terbaik bukanlah rencana saya namun sudah direncanakan oleh Tuhan. Bersyukur dahulu lalu semuanya akan indah. Jangan tunggu indah dahulu baru bersyukur. Yang mampu kita lakukan hanyalah berusaha, berdoa, dan harus memahami setiap karakter dosen kita," tutur gadis dari pasangan Tejo Triyono dan Eny Sulistyorini.
Setelah lulus, rencananya Jenitta akan melanjutkan kuliah S-2 di Unesa dibarengi dengan kesibukannya menjadi seorang guru ekonomi. Keinginan tersebut ia barengi dengan tekad optimis untuk mampu mengubah diri menjadi lebih baik lagi. "Saya beruntung punya teman sekelas yang kondusif dan mampu mendukung satu sama lain. Saya ingin menjadi guru sekaligus dosen yang mampu digugu dan ditiru oleh murid-murid saya," ucapnya mantap. (Khusnul/Syaiful/Byu)
Share It On: