Seminar nasional ini menjadi bekal penting bagi mahasiswa dalam memulai dan mengembangkan bisnis mereka.
Unesa.ac.id. SURABAYA–Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) helat seminar nasional kewirausahaan bertemakan “How To Become A Young Entrepreneur In The Era of Society 5.0” di Auditorium lantai 11, Rektorat UNESA, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Sabtu (9/11/2024).
Seminar ini bertujuan menumbuhkan jiwa kreatif dan inovatif menuju kewirausahaan mandiri dan berkelanjutan bagi mahasiswa. Sebagai narasumber hadir guru besar Universitas Ciputra (UC), Tommy Kaihatu, dan pengusaha muda Gresik pendiri Founder CV Sheriz Cipta Inspirasi, Shelma Ayu Desearsa.
Ketua pelaksana, Adli Muhammad Zaky menuturkan bahwa jiwa keluwesan ternyata perlu dilatih oleh pengusaha muda. Karena itulah tujuan kegiatan ini untuk membekali mahasiswa dengan wawasan entrepreneurship langsung dari pakar dan praktisi.
“Seorang pengusaha tidak hanya dituntut untuk memiliki visi-misi bisnis yang kuat, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan teknologi dan sosial,” ucapnya.
Wakil Presiden BEM UNESA, Wika Sufyan Hidayat mengharapkan hasil yang berkelanjutan dari kegiatan ini. “Dengan harapan, panitia dan peserta bisa membawa pengalaman yang akan disampaikan oleh kedua narasumber kita ini, akan menjadi ilmu-ilmu kewirausahaan muda yang berharga untuk diteruskan ke anak cucu nantinya,” harapnya.
Dalam forum ini dibahas perkembangan era peradaban manusia yang bermula dari aktivitas berburu (1.0), bertani (2.0), bergantung pada produksi massal industri (3.0), bergaya digital (4.0), hingga berteknologi kecerdasan buatan (5.0).
Indonesia masih melakukan proses transisi dari era digitalisasi menuju era kecerdasan buatan. Setiap peradaban masyarakat tersebut mendatangkan inovasi yang dapat mempermudah aktivitas manusia.
Contohnya pada era Society 5.0, inovasi aplikasi Jakarta Smart City (JAKI) berhasil mengintegrasikan lebih dari 40 layanan publik agar lebih efisien, begitu juga produk digital Telemedicine dan Rekam Medis Elektronik Rumah Sakit Siloam yang menguntungkan banyak pasien.
Inovasi seperti ini dapat terjadi karena ada pola pikir yang membangun kebiasaan seseorang untuk memberanikan diri keluar dari zona nyaman dan sistem monoton. Disebut pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset), pola pikir ini membantu pengusaha muda menjadi pribadi yang menerima kegagalan dan ketidakpastian sebagai bagian dari pembelajaran dan kesempatan meraih kesuksesan.
Guru besar UC yang akrab disapa Prof. Tommy menyampaikan, pola pikir wirausahawan ini dibentuk dari pola pikir berkembang (growth mindset), yakni pola pikir yang mendorong pengusaha muda agar ingin terus belajar dan berkembang sesuai bakat dan talentanya. “Saat menghadapi kegagalan, carilah kumpulan teman yang bisa menjadi penyemangat selama berwirausaha agar tidak terasa berat,” ucapnya.
Guru besar Universitas Ciputra (UC), Tommy Kaihatu memaparkan terkait perkembangan peradaban manusia yang tidak lepas dari cara berpikir, dan inovasi yang hasilkan sebagai penanda peradaba itu sendiri.
Dalam memulai usaha, seseorang harus memiliki rencana produk atau jasa wirausaha yang matang, maka langkah selanjutnya adalah berani memulai. Sebagai Pengusaha Muda Gresik yang berhasil memasarkan produk kecantikannya (Sheriz) di 30 mal besar Indonesia, Shelma Ayu Desearsa menekankan perlunya mentalitas yang berani memulai.
Menurutnya, pengusaha tidak perlu takut dengan kritik dan prasangka buruk dari orang lain. “Produk saya disangka hanya sebatas re-packaging, padahal formulasi produk, wangi dan teksturnya kita ciptakan sendiri. Jadi kita harus berani kalahkan judgement dari orang-orang itu,” ucap alumnus UNESA tersebut.
Semua usaha dapat dimulai dari suatu kesederhanaan. “Pengusaha muda bisa mulai dulu dari hal-hal kecil. Misalnya posting dulu produk di Instagram, tawarin juga ke teman-teman di sekitarmu, bikin logonya, bangun brand-nya, mulai dulu mencari relasinya,” tambahnya.
Jika tidak berani mencoba dan memulai usaha, maka anak muda yang sebenarnya punya kemampuan berwirausaha tidak akan merasakan caranya berjualan atau berusaha. Berawal dari produknya yang viral di Tiktok saat berusia 19 tahun, Shelma memotivasi peserta untuk berani menindaklanjuti ide usaha mereka.
Dikaitkan dengan kecerdasan buatan (AI), kegiatan berwirausaha tercermin dari kolaborasi antara teknologi dan manusia. Hal ini ditunjukkan dengan pemakaian Google Maps yang menavigasi perjalanan darat atas bantuan sistem AI, hingga Chat-GPT yang menjadi alat penyedia informasi luas yang menjadi produk era Society 5.0.
“Aktivitas seperti editing video, promosi dan pembuatan iklan, juga semakin terasa mudah. Tapi kita tetap harus belajar dan punya skill, agar kita tidak tergantikan sepenuhnya oleh teknologi,” paparnya.
Sebagai bentuk apresiasi, BEM UNESA menyediakan cinderamata bagi kedua narasumber, lengkap dengan sertifikat pemateri. Dua peserta mahasiswa UNESA, Nabila Azahra dan Cahya Nastiti, juga mendapat penghargaan atas keaktifannya, hingga dihadiahkan langsung sampel produk kecantikan Sheriz.
Kegiatan ini dihadiri Kasubdit Pengembangan Ormawa dan Alumni UNESA Agung Setiawan, para dosen dan peserta mahasiswa selingkung Kampus ‘Rumah Para Juara’.[*]
***
Reporter: Joy Nathanael (Fisipol)
Editor: @zam*
Foto: Panitia Seminar Nasional Kewirausahaan
Share It On: