![](/images/foto-21-11-2021-12-42-41-6324.png)
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggerakkan dan memberdayakan perempuan desa di daerah-daerah. Salah satunya bisa dalam bentuk pelatihan pendirian usaha skala home industri seperti yang dilakukan tim dosen UNESA. Mereka merintis usaha home industri sabun di Desa Sidokare, Kabupaten Nganjuk. Usaha rumahan itu didirikan bersama dan dikelola para perempuan yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga (IRT) di desa tersebut.
Sebelumnya, tim dosen Kimia UNESA yang terdiri dari Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si., Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, Dr.Nurhayati, M.T., dan Fitriari Izzatunnisa Muhaimin, B.Sc, M.Sc, memberikan pelatihan. Ada pelatihan cara pembuatan sabun cuci piring dan sabun transparan dan juga pelatihan manajemen pemasaran serta pemasaran online.
Prof. Sari Edi menyatakan bahwa meski pelatihan dan usaha tersebut skala rumahan, tetapi tetap memperhatikan kualitas produksi, memenuhi aspek kesehatan dan tentunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sabun tersebut, diolah dari bahan herbal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar seperti aloevera, daun sirih dan pepaya.
Mereka memproduksi dua jenis sabun cuci piring yang diberi nama Gocling dan Sidokare Sembada. Selain itu, juga ada aneka sabun padat transparan dengan bahan herbal. Beberapa sabun berbahan herbal lainnya seperti sabun madu, sabun papaya, sabun sirih, sabun aloevera dan sabun bengkoang. “Produk-produk tersebut mulai diujicobakan untuk dipasarkan oleh ibu-ibu PKK di Desa Sidokare, sehingga mampu menambah pendapatan mereka,” terangnya pada Sabtu, 20 November 2021.
Lewat rintisan usaha itu, mereka bermaksud untuk memberdayakan para perempuan Desa Sidokare. Para IRT memiliki keterampilan plus usaha yang bisa meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat setempat. Selain itu, juga untuk menghadirkan inovasi sabun cuci piring yang sehat dan ramah lingkungan, karena terbuat dari bahan herbal. “Home industri yang dapat digunakan sebagai rintisan usaha untuk menopang ekonomi keluarga,” ujarnya.
Dia menambahkan, sudah saatnya para perempuan di desa dan daerah terlibat langsung dalam sektor kreatif. Itu bisa dimulai dari inovasi-inovasi sederhana dan dari bahan-bahan yang mudah didapatkan dari lingkungan sekitar.
Ia mencontohkan, seperti membuat sabun tidak mesti perusahaan besar, tetapi perempuan sebenarnya bisa dan itu yang hendak timnya tunjukkan lewat rintisan usaha rumahan itu. Kemudian bisa juga membuat tas atau hiasan rumah dari bahan-bahan yang ada. “Potensi itu ada, itukan yang kita gali dan latih, ketika mereka sudah punya kompetensi, bisa jalan jadi usaha dan nantinya bisa berdampak pada ekonomi keluarga,” terangnya.
Program PKM rintisan usaha rumahan itu sengaja menyasar para perempuan, utamanya ibu-ibu rumah tangga agar mampu membuat sabun cuci piring dan sabun padat transparan, memahami managemen pemasaran, dan teknik pemasaran online.
Itulah yang menjadi fokus dari tim PKM yang ia ketuai itu. Mereka tidak kerja sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan pemerintah desa dan kelurahan setempat. Ia melanjutkan, kerja sama itu tidak hanya untuk mendirikan usaha rumahan saja, tetapi juga bisa terus dikembangkan ke tingkat yang lebih besar dan masif serta bidang-bidang lainnya. “Produk sabun itu, bila perlu menjadi bagian dari identitas produk desa dan kelurahan setempat,” kata Prof. Sari Edi.
Farida Nurhayati, SPd. Selaku ketua Dharma Wanita Desa Sidokare menyambut positif kegiatan dan rintisan usaha rumahan tersebut. Ia mendukung program tersebut dan berharap produk sabun hasil karya perempuan Sidokare sebagai salah satu produk unggulan desa tersebut. Bahkan ia akan mengalokasikan anggaran agar sabun tersebut bisa menjadi bagian dari Bumdes. [Humas UNESA]
Penulis: Tim PKM dan Hasna
Editor: @zam*
Share It On: