www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Dalam rangka memeringati hari pahlawan serta Dies Natalis Unesa yang ke-56, Satuan Resimen Mahasiswa 804 (Menwa) menggelar webinar nasional dengan tema “Sinergi Menangkal Bahaya Radikal Terorisme di Perguruan Tinggi” pada Selasa (10/11). Dua narasumber dihadirkan dalam kegiatan tersebut, yakni Brigjen Pol. Drs. H. Herwan Chaidir selaku Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Ali Fauzi Manzi, M.Pd. I selaku Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian.
Selain dua pembicara tersebut, kegiatan ini juga dihadiri oleh Komandan Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, Dr. Untung Lasiyono, S.E., M.Si., dan dibuka langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes.
Pembina Menwa Unesa, Dr. Theodorus Wiyanto Wibowo, M.Pd., menyampaikan bahwa selain untuk memeringati kegiatan seperti yang tersebut di atas, kegiatan ini juga merupakan bentuk kegiatan pengganti yang tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka. Selain itu, tema yang diambil ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif di era new normal, sehingga bisa meningkatkan kesatuan dan kecintaan terhadap bangsa.
Senada, Untung Lasiyono, Komandan Resimen Mahasurya Jawa Timur mengungkapkan jika pandemi memang tidak dapat dihindari. Namun, meski dalam situasi pandemi kegiatan harus tetap dilakukan meskipun melalui daring, khususnya dengan mengangkat tema-tema semacam ini untuk memperkuat kecintaan terhadap NKRI. “Kita berharap melalui kegiatan semacam ini, semoga Menwa bisa menjadi semakin cerdas, inovatif, serta bisa memahami keadaan lingkungan secara integral,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes berharap, kegiatan ini bisa menciptakan gagasan-gagasan yang mampu memberi inovasi, khususnya bagi mahasiswa dalam memahami paham radikalisme. “Mudah-mudahan kehadiran para narasumber membawa dampak yang baik bagi adik-adik, sehingga kita bisa mewujudkan perdamaian khususnya di wilayah kampus. Selain itu, kita juga bisa mendeteksi sejak awal paham radikalisme yang muncul di kampus, agar kampus terhindar dari radikalisme,” ujar Agus.
Ali Fauzi yang memaparkan terkait pola perekrutan kelompok teror di Indonesia dulu dan sekarang serta upaya penangannya menyebutkan jika terorisme merupakan organisasi yang ingin menggulingkan Indonesia dan menggantinya dengan falsafah-falsafah. Ali juga mengungkapkan jika radikalisme itu terjadi melalui proses.
“Radikalisme bukanlah sebuah produk dari keputusan yang singkat, tetapi hasil dari proses panjang yang perlahan mendorong seseorang untuk berkomitmen pada aksi kekerasan atas nama Tuhan,” ujarnya. Adik kandung Amrozi yang juga pernah terpapar radikalisme, Ali menuturkan jika ini merupakan sebuah penyakit komplikasi. “Akar terorisme tidaklah tunggal, bahkan saling berkaitan. Karena itu, cara penangannya juga tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal, butuh dokter spesialis dan juga kampanye pencegahan dari orang yang pernah mengalami penyakit ini,” tambahnya.
Melihat laju radikalisme di zaman sekarang, Herwan Chaidir menjelaskan jika BNPT senantiasa berupaya untuk menjaga keseimbangan agar radikalisme tidak semakin berkembang. Oleh sebab itu, dibutuhkan kepedulian dari masyarakat untuk ikut serta memerangi radikalisme. “BNPT mengajak pada seluruh ulama, tokoh-tokoh, santri pesantren untuk berpikir menciptakan Indonesia lebih baik, damai, dan tentram, sehingga akan muncul generasi-generasi yang nantinya berkesempatan memimpin negara,” ujarnya
Herwan Chaidir juga mengungkapkan jika sudah sepantasnya kita menghargai sejarah, agar kita sadar jika kemerdekaan ini diperoleh melalui perjuangan yang panjang, jangan sampai mudah terpecah belah dengan isu-isu. “Mari kita mengisi kemerdekaan ini dengan kehidupan yang damai. Adapun perbedaan yang ada jangan dijadikan untuk memerangi negara,” pungkasnya. (ay)
Share It On: