www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Indonesia memiliki ragam tradisi yang harus dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Upaya pelestarian tersebut harus datang dari berbagai pihak, termasuk kampus. Itulah yang dilakukan tiga dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA) lewat riset keilmuan di Desa Tengkel, Arosbaya, Madura.
Riset keilmuan bertema “Implementasi Program GBR: "Glocalization of Bull Racing" dilakukan tiga dosen UNESA yang terdiri dari Nadi Suprapto, Ph.D sebagai ketua, Dra. Suliyanah, M.Si., dan Utama Alan Deta, M.Pd., M.Si sebagai anggota. Selain itu melibatkan 15 mahasiswa Fisika dan perangkat desa dan warga setempat.
Karapan sapi merupakan tradisi perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi beradu cepat sambil menarik rangkaian kereta dari kayu, tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi.
“Riset yang sedang kami lakukan ini berjudul ‘Upaya Pelestarian Karapan Sapi di Desa Tengket Arosbaya sebagai Kearifan Lokal Madura’. Sabtu lalu kami sudah lakukan koordinasi dan sosialisasi sama warga dan perangkat desa serta kecamatan di lokasi. Selain itu kami juga tandatangan implementasi kerja sama antara Prodi S-1 Pendidikan Fisika UNESA dan Desa Tengket, Arosbaya, Bangkalan,” ujar Nadi Suprapto pada Selasa (1/2/2022).
Pria yang merupakan ketua Satuan Pemeringkatan UNESA itu menambahkan, riset keilmuan tersebut didukung LPDP yang bekerja sama dengan Kemdikbudristek. Orientasi riset desa tersebut salah satunya untuk memayungi riset-riset mahasiswa S-1 yang mengambil program skripsi dengan konteks kerapan sapi (bull racing) sebagai implementasi program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM).
Riset-riset tersebut, harapannya tidak hanya untuk mewariskan tradisi karapan sapi, tetapi juga semakin memperkenalkan tradisi Pulau Garam tersebut ke seluruh khalayak, sehingga ke depan bisa menjadi ikon wisata budaya desa di sana. “Bagaimana tradisi peninggalan para leluhur ini tetap terwarisi tetapi juga bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi masyarakat desa,” tukasnya.
Kepala Desa Tengket, Rahmat Ja’lik menyambut baik program riset tersebut, bahkan menyapaikan terima kasih karena menjadikan desanya sebagai lokasi riset. Dia berharap, riset tersebut berjalan lancar dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa maupun UNESA.
Naware, salah satu warga setempat menjelaskan, sapi yang digunakan dalam perlombaan bukan sapi biasa, tetapi sapi yang diperlakukan istimewa. Pakannya harus berkualitas; daun bambu yang masih muda, 15 buah telur setiap hari, diberi jamu, serta minuman pada sapi yang disesuaikan dengan takarannya masing-masing. Setiap pagi sapi tersebut dijemur dan dimandikan.
Sebagai joki, biasanya anak-anak berumur di bawah 10 tahun. Selain itu, untuk menjalin kemistri antara joki dan sapi diperlukan latihan seminggu sekali. Adapun tips dan trik untuk memenangkan lomba yaitu sapi harus dilatih dan dirawat sedemikian rupa supaya kuat dan bertenaga. “Di samping itu, hubungan yang erat antara joki dan sapi juga bisa menjadi salah satu indikator atas keberhasilan dalam perlombaan tutur,” terang Naware. [Humas UNESA]
Penulis : Tim Dosen
Editor : @zam
Foto : Dok. pribadi
Share It On: