Suasana diskusi gender yang diinisiasi tim PKM Sosiologi UNESA di Pondok Pesantren Manbaul Hikam, Tanggulangin, Sidoarjo.
Unesa.ac.id. SIDOARJO– Tim dosen dari Program Studi (Prodi) Sosiologi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang membahas kesetaraan gender. Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Manbaul Hikam, Tanggulangin, Sidoarjo, dengan melibatkan 35 santriwan dan santriwati tingkat akhir.
Acara dibuka oleh Pengasuh Pondok Pesantren, KH. Muh. Salim Imron, dan dipandu oleh Ketua PKM, Farid Pribadi. Dalam sambutannya, Farid menjelaskan bahwa FGD ini bertujuan untuk membangun kesadaran mendalam tentang pentingnya peran setara antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
"Diskusi ini mengajak para santri untuk berbagi pengalaman tentang peran gender, baik di rumah maupun di pesantren," ujar Farid. Ia menambahkan bahwa pemahaman mengenai kesetaraan gender menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.
Dalam sesi diskusi, peserta diajak untuk melihat peran perempuan dan laki-laki dari berbagai sudut pandang, termasuk dalam konteks keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Farid menekankan pentingnya pembagian peran yang adil, baik dalam urusan rumah tangga, pengambilan keputusan, maupun kegiatan keagamaan.
Kegiatan ini dibuka Pengasuh Pondok Pesantren, KH. Muh. Salim Imron dan melibatkan puluhan santri.
“Santri, baik laki-laki maupun perempuan, didorong untuk berperan aktif dan setara dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan mereka bukan hanya di dalam pesantren, tetapi juga dalam mendukung pembangunan masyarakat yang lebih inklusif,” jelasnya.
Sebagai bagian dari pembelajaran, para santri diajak mengenal tokoh-tokoh perempuan inspiratif seperti Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi agenda sekali jalan, tetapi juga diharapkan menjadi pijakan awal untuk perubahan yang lebih besar. Para orang tua santri pun diajak untuk mendukung upaya ini dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak mereka, tanpa membedakan jenis kelamin.
"Memasak, mencuci, atau mengurus rumah tangga tidak lagi dianggap sebagai tugas eksklusif perempuan. Semua anggota keluarga memiliki peran yang sama dalam menjaga harmoni rumah tangga,” tambah Farid.
Menurutnya, dukungan penuh dari pengasuh pesantren, orang tua, dan para santri akan memperkuat kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender. Bahkan, kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pesantren lain di Indonesia untuk mengadopsi pendekatan serupa, guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
"Para santri adalah generasi penerus bangsa. Dengan pemahaman yang kuat tentang kesetaraan gender, mereka dapat menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai keadilan ke dalam masyarakat," tegas Farid.[*]
***
Penulis: Tim PKM Prodi Sosiologi
Kurator: @zam*
Foto: Tim PKM Prodi Sosiologi
Share It On: