www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Hari ini, 77 tahun lalu, puncak pertempuran terjadi di Surabaya yang melibatkan ‘arek-arek’ Suroboyo dengan pasukan sekutu. Pertempuran total ini mengobarkan semangat dan menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia. Spirit perjuangan yang berlangsung mulai pagi itu kini dikenang sebagai Hari Pahlawan, 10 November.
Pertempuran tersebut melahirkan sejumlah pahlawan di antaranya ada Bung Tomo, Suryo, Mustopo, Muhammad Mangundiprojo dan Muhammad Yasin, M. Hasyim Asy'ari, hingga KH. Wahab Hasbullah dan lain-lain. "Mereka punya nilai juang. Setiap tindakannya untuk masyarakat, bangsa dan negara," ujar Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A., dosen Sejarah UNESA.
Menurutnya, pahlawan tidak hanya soal berjuang mengorbankan jiwa dan raga di medan pertempuran merebut atau mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga berkaitan dengan gagasan, pikiran dan karya yang terus hidup dan bermanfaat bagi masyarakat. Mereka kategori ini seperti KH Hasyim Asy'ari, Ki Hajar Dewantara, Dewi Sartika dan lain-lain.
"Cara untuk meneladani pahlawan itu ya bisa dengan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan bangsa lewat berbagai posisi dan bidang yang ditekuni. Siapapun bisa melakukan itu," ucapnya.
Sebagai dosen sejarah, pria yang akrab disapa Rojil ini selalu memberikan yang terbaik, agar mahasiswanya memahami esensi sejarah termasuk perjalanan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Sebagai dosen sejarah, pihaknya punya peran untuk mengajarkan dan menginternalisasikan nilai sejarah kepada generasi bangsa.
Mengajar sejarah, lanjutnya, tidak bisa dengan metode ceramah saja, tetapi perlu inovasi agar penyampaian materi menarik dan menumbuhkan rasa penasaran mahasiswa untuk menggali lebih jauh peristiwa dan nilai yang terkandung di dalamnya. "Guru atau dosen bisa pakai media baru berbasis audio-visual atau multimedia dalam mengajar sejarah," ucapnya.
Baginya, belajar sejarah itu bukan untuk mengetahui serangkaian peristiwa dari masa ke masa, tetapi terjadi transformasi nilai dari generasi ke generasi. Salah satu nilai yang perlu diinternalisasikan itu seperti gotong royong, pantang menyerah, berbuat untuk kepentingan bersama bukan golongan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
Sebagai penutup, dia mengungkapkan UNESA sebagai lembaga pendidikan harus mampu melahirkan banyak tokoh-tokoh bangsa di berbagai bidang yang terlibat aktif dalam mendorong kemajuan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. “Pahlawan atau tokoh ini tentu kan jadi teladan dan teladan seperti ini yang perlu dimunculkan perguruan tinggi,” tutupnya. [HUMAS UNESA]
Penulis: M. Haikal
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Detik.com
Share It On: