www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Prodi S-1 Sastra Indonesia, S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, S-2 Pendidikan Bahasa Indonesia, S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra, dan S-3 Pendidikan Bahasa dan Sastra, menyelenggarakan Kuliah Umum: Menulis Kreatif dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Auditorium T2 lantai 3, FBS, Unesa Lidah Wetan, pada Rabu, 22 November 2023.
Kegiatan ini diikuti sekitar 400 mahasiswa baik S-1, S-2, bahkan S-3 dari berbagai angkatan. Ketua penyelenggara kegiatan sekaligus Koorprodi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Dr. Titik Indarti, M.Pd. menjelaskan bahwa kuliah umum ini ditujukan untuk menghidupkan bidang kajian mahasiswa di mata kuliah kepenulisan kreatif dan pembelajaran bahasa dan sastra.
“Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan calon pendidik tidak hanya memiliki kemampuan dalam pendidikan bahasa dan sastra saja, tapi juga kreativitas dalam menulis sastra, misalnya puisi, novel, dan cerpen,” tambahnya.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Syafi’ul Anam, Ph.D., mengungkapkan bahwa pihak fakultas sangat mengapresiasi komitmen prodi-prodi baik S-1, S-2, dan S-3 yang telah bersinergi dan berkolaborasi menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Baginya, kegiatan ini sangat positif apalagi jika tidak hanya berhenti sampai di sini, artinya para mahasiswa mampu mengaplikasikan dan meneruskan ilmu yang diperoleh dengan membentuk komunitas-komunitas atau gerakan menulis dan nantinya dapat dibimbing oleh dosen sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang luar biasa.
“Apalagi ini telah disampaikan materinya oleh dua sastrawan hebat. Kegiatan ini mampu menjadi awal tumbuh suburnya literasi dan budaya menulis yang menghasilkan karya-karya hebat di fakultas ini,” ucapnya.
Profesor Kritik Sastra, FBS, UNESA, Prof. Dr. Anas Ahmadi, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan rohani keilmuan penulisan yang sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa bahasa dan sastra, yang secara tekun mendalami bidang tersebut.
“Tak tanggung-tanggung kami mendatangkan dua narasumber yaitu Sastrawan Aceh dan Sastrawan Ponorogo. Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa pertukaran kampus dari UNISMA sehingga kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh internal tetapi juga eksternal. Terima kasih atas semangat kalian mengikuti kegiatan sarapan rohani ini” ucap Anas.
Materi-materi yang diusung pada kuliah umum ini dibawakan dua sastrawan tanah air. Pertama, Arafat Nur yang merupakan Sastrawan Aceh penerima berbagai penghargaan seperti Kusala Sastra Khatulistiwa (Khatulistiwa Literary Award) 2011 dan Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2010 & 2016.
www.unesa.ac.id
Kedua, Dr. Sutejo, M. Hum., sastrawan yang meraih penghargaan Pemenang Sayembara Penulisan Buku Bacaan Fiksi tingkat Jawa Timur (2000), Tokoh Inspirasi Tahun 2021 Jawa Timur dari beritajatim.com, dan Penghargaan Seni dari Gubernur Provinsi Jawa Timur, bidang Sastra tahun 2022.
Arafat Nur, membagikan kisah proses menulis kreatifnya yang penuh liku ketika menjadi korban konflik di Aceh. Dirinya bahkan pernah ditangkap dan hendak dibunuh oleh golongan-golongan yang tak menyukai karyanya ketika diterbitkan Gramedia. Dari perjalanan dan proses kreatifnya yang luar biasa ia mampu menghasilkan sederet karya hebat yang mrnoreh banyak penghargaan.
Dia menulis bukan untuk menjadi terkenal, pun tidak tahu punya bakat menulis atau tidak, tetapi dia percaya semua orang yang lahir punya kemampuan menulis hanya mereka mau mengasahnya atau tidak. Jika tidak pernah membaca atau menulis maka keahliannya tidak akan berkembang.
“Yang terpenting menjadi seorang penulis adalah menjadi pembaca. Makanya kenapa di Indonesia banyak orang kesulitan menulis karena mereka tidak membaca, jadi membaca, membaca, membaca sampai bosan baru menulis. Hanya segelintir di Indonesia yang membaca 50 buku,” bebernya.
Baginya, hal yang paling utama yang harus diperbaiki oleh penulis maupun pendidik adalah literasi itu sendiri. Karena baginya jika tidak ada yang membaca maka tidak akan yang mampu menulis dengan baik.
“Menulis jitu itu sederhana tetapi menerapkannya itu sangat sulit. Siapa yang memiliki daya banting itulah yang bertahan. Saya yakin jika banyak orang yang mampu menjadi sastrawan hebat jika mereka mau banyak membaca, mulai menulis, dan terus mengasah kemampuannya” terangnya.
Dr. Sutejo, M.Hum, dengan tajuk “Kreativitas Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” menjelaskan beberapa langkah untuk menjadi penulis kreatif, antara lain memiliki imajinasi yang liar, berani bereksperimen, banyak membaca, dan memperluas relasi dengan penulis. “Kunci dari menulis kreatif adalah N3 (Niteni, Nerokne, Nambahi),” tambahnya.
Selain membawakan topik menulis kreatif, ia juga menjelaskan problematika yang dihadapi pendidikan bahasa dan sastra saat ini. “Yang membuat ruwet pembelajaran adalah kebijakan yang menyatakan bahwa sastra harus menginduk pada pembelajaran bahasa Indonesia, sistem birokrasi yang bobrok, serta pendidik yang kurang berkompeten di bidang sastra,” ungkapnya.
Sutejo menjelaskan cara mempertajam rasa dalam membuat puisi, antara lain berlatih vokal secara berulang, menggunakan kata-kata konotatif, sering bermain pasang kata, serta memperbanyak literasi kesastraan. Sutejo juga mengungkapkan harapannya setelah terselenggaranya acara ini. Dia berharap kegiatan ini bisa digunakan mahasiswa sebagai titik awal kesadaran berliterasi.
“Syarat menulis kreatif itu yang pertama imajinasi, kedua bebas dan tidak terikat, ketiga banyak membaca, keempat meningkatkan rasa, dan kelima mulai menulis. Pesan saya, menulislah sebelum nama anda ditulis di batu nisan,” tukasnya.[]
***
Reporter: Aji Permadi/Muhammad Azhar Adi Mas’ud
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: