www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Untuk mendukung program Mendikbud terkait merdeka belajar dan kampus merdeka, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melaksanakan workshop penguatan bahan ajar MKDIP dengan tema “Kajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan sebagai Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di FIP Unesa” pada Sabtu (17/10).
Ketua Tim P3IP (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan) Prof. Dr. Siti Masyitoh, M.Pd menyampaikan bahwa workhop kali ini turut mengundang 90 dosen, 45 di antaranya adalah dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar kependidikan, 31 dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan dan sisanya adalah dosen pengampu mata kuliah pendidikan inklusi.
Lebih lanjut, Siti juga menjelaskan bagaimana metamorfosa mata kuliah ilmu pendidikan hingga saat ini di FIP Unesa.
“Ilmu pendidikan mengalami metamorfosa dengan diserukannya merdeka belajar dan kampus merdeka maka dari 7 mata kuliah bergeser menjadi 5 mata kuliah dan sekarang tinggal 3 mata kuliah, yang diberi nama MKDIP,” ungkapnya.
Dekan FIP Unesa Dr. Mochammad Nursalim, M.Si menyampaikan bahww mata kuliah Ilmu pendidikan harus dapat menyiapkan mahasiswa menjadi pembelajar dan menumbuhkan jiwa kreativitas.
Pada workhop penguatan bahan ajar untuk mata kuliah MKDIP, FIP Unesa turut mengundang Prof. Dr. Achmad Dardiri, M. Hum, dan Prof. I Gde Wawan Sudhata, S.Pd., S.T., M.Pd. sebagai pembicara. Dalam paparannya, Prof. Dr. Achmad Dardiri, M. Hum, atau akrab disapa Dardiri mengatakan bila mata kuliah Ilmu pendidikan pada dasarnya harus memberikan wawasan sekaligus pemahaman kepada mahasiswa sebagai calon pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga dalam pengembangannya memerlukan sumbangan aspek dari sisi psikologis dan pendidikan inklusif.
Sementara itu, Prof. I Gde Wawan Sudhata, S.Pd., S.T., M.Pd, juga menyampaikan terkait bagaimana memaksimalkan desain pembelajaran multimedia dalam mengembangakan bahan ajar.
Wawan mengatakan bila multimedia tersusun menjadi dua inti yakni kata-kata atau narasi dan gambar. Kedua unsur tersebut dapat dimaksimalkan penggunaannya oleh pendidik untuk mengembangkan media pembelajaran baik secara online maupun cetak.
“Bergantung, tinggal bagaimana merancang konten apa yang akan kita sampaikan ke pembelajar, karena pembelajar akan belajar lebih baik ketika belajar dengan kata dan gambar,” tandasnya. (nov/sir)
Share It On: