www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Dalam rangka memperingati bulan pendidika dan sebagai upaya meningkatkan kecintaan dunia literasi serta mendukung penerapan sistem Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Pusat Studi Literasi, LPPM Unesa menggelar Sarasehan Daring (Sadaring) Nasional berseri dengan tema "Asesmen dan Pembelajarannya".
Kegiatan tersebut digelar melalui Zoom, Youtube, dan SARGRAM pada Sabtu (29/05/2021). Sebanyak 286 peserta yang bergabung dalam acara tersebut. Mereka berasal dari berbagai daerah dan beragam profesi.
Sistem AKM dan pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dikaji bersama agar dapat berjalan dengan lancar, untuk itu Pusat Studi Literasi, LPPM mengundang tiga narasumber dan pakar dalam persoalan itu, yaitu Sofie Dewani, PhD selaku Ketua Satgas GLS, Pendiri Yayasan Litara, Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd. selaku Guru Besar Fakultas Teknik Unesa, dan Prof. Dr. Suyatno, M.Pd selaku Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Unesa.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd pada kesempatan membuka dan memberi sambutan pada sarasehan tersebut. Ia mengharapkan agar kegiatan itu dapat menjawab permasalahan dan pertanyaan dari masyarakat maupun tenaga pendidik dalam penerapan sistem AKM dan pembelajaran.
Menurutnya, bahasan dalam acara tersebut sangatlah menarik, karena sesuai kebijakan kementerian yang menekankan pentingnya asesmen kompetensi minimum. Selain itu, banyak dari kalangan tenaga pendidik yang membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang AKM. “Sarasehan ini akan menjawab pertanyan-pertanyan peserta terkait AKM. Pembelajaran juga sangat penting sebagai unsur pendukung AKM seperti halnya literasi digital,” ujar Bambang.
Sofie Dewani dalam pemaparannya mengatakan bahwa keterampilan membaca tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi guru harus memperagakan dan mengajarkan bagaimana strategi berpikir dalam kegiatan membaca. “Ini adalah paradigma dalam proses pembelajaran sehingga asesmen memengaruhi pembelajaran,” ucapnya.
Lebih lanjut, Sofie menjelaskan bahwa literasi membaca di AKM terdiri dari menemukan informasi, memahami informasi secara literal maupun inferensial, dan menilai informasi (mengevaluasi dan merefleksi). “AKM ini betul-betul menempatkan kemampuan siswa untuk itu guru harus mengajar sesuai kemampuan siswa, pembelajaran berpusat pada teks atau bacaan, dan metode pembelajaran membaca yang bervariasi misalnya membaca nyaring interaktif, membaca bersama, membaca terbimbing,” ungkap Ketua Satgas GLS itu.
Sementara itu, Suyatno memaparkan terkait Teknik Pembelajaran Berbasis Literasi. Guru Besar FBS Unesa itu menyebutkan tiga kata kunci berbasis literasi yang disebut sebagai TMT (Temukan, Maknai, dan Tindak Lanjut).
Ia menjabarkan, temukan berarti memerlukan berbagai macam teknik seperti teknik mengklasifikasi, membandingkan, sampai menemukan informasi. Maknai berisi teknik asosiasi, metafora, kekinian, dan lainnya. Sementara tindak linjuti adalah strategi atau apa yang harus dilakukan setelah melakukan sesuatu.
Suyatno menambahkan berbagai teknik pembelajaran berbasis literasi lainnya, yaitu teknik tabel, teknik peta pikiran, teknik menuliskan ulang, mengkreasikan grafik, tulisan, dan benda, mengubah gambar, lagu, tulisan, dan gerakan, melengkapi dengan gagasan sendiri, mengidentifikasi isi tulisan, gambar, gerak dan lalu. “Jangan takut,” pesan Suyatno untuk tenaga pendidik.
Mengapa literasi digital penting? Pertanyaan tersebut dijawab narasumber ketiga, Ekohariadi yang membahas tentang Asesmen dan Pembelajaran Literasi Digital. “Kita menghadapi ekonomi berbasis pengetahuan yang menggunakan piranti digital yang mana menjadi sarana memberdayakan peserta didik agar sukses di dunia kerja, sebagai sarana komunikasi, kolaborasi, dan partisipasi, serta sarana mencari informasi, data dan konten digital sehingga literasi digital amat penting,” ujar Ekohariadi. (ESTI/zam)
Share It On: