Unesa.ac.id, Surabaya - Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya mengenalkan budaya Surabaya kepada sekira 130 mahasiswa Permata Sakti Inbond secara virtual pada Sabtu (14/11). Pengenalan budaya itu bertujuan untuk membekali mahasiswa ilmu pegetahuan, wawasan, dan budaya baru untuk menempuh pendidikan di Unesa.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Dr. Trisakti, M.Si saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan terimakasih kepada para mahasiswa program Permata Sakti Inbond yang mendapat kesempatan belajar di Unesa. Dekan berharap selain mendapatkan wawasan dan pengetahuan di Unesa, juga mengenal budaya mengenal kebudayaan Surabaya.
“Saya juga berterima kasih kepada panitia yang telah menggelar kegiatan positif semacam ini semoga dapat diambil manfaat yang seluas-luasnya,” ucap Trisakti.
Prof. Dr. Kisyani, M.Hum yang menjadi pemateri pertama dalam kegiatan tersebut memaparkan mengenai “Bahasa Suroboyo-an.” Kisyani mengajak para mahasiswa mengenal budaya-budaya Surabaya melalui ciri khas bahasanya. Menurut Kisyani, bahasa Suroboyo-an yang dikenal sebagai bahasa Arek merupakan bagian dari subdialek Jawa Timur.
Lebih lanjut Kisyani menyampaikan bahwa Bahasa Suroboyo memiliki perbedaan dari bahasa lain yang ada di Indonesia, terutama dalam hal dialek yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Contoh kosakata khas Suroboyoan yang berkembang yakni “Rek, Cak, Ning” yang digunakan sebagai kosakata sapaan. Selain itu, ada juga kosa kata koen, awakmu, sampean, lapo, opo’o, andhok, cangkruk” yang digunakan sebagai kosakata dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
“Perlu dipahami bahwa basa Suroboyo-an memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan masing-masing daerah asal mahasiswa, jadi perlu adanya pemahaman yang lebih agar terhindar dari kesalahpahaman,” tambahnya.
Pemateri kedua disampaikan Prof. Setyo Yanuartuti, M.Si terkait “Seni Tradisional Suroboyo”. Dalam materinya, Setyo memaparkan bahwa seni tradisional Suroboyo merupakan bagian dari budaya Jawa Timur yang multikultural atau multietnik. Menurutnya, budaya Jawa Timur yang memiliki keberagaman di antaranya budaya arek, budaya mataraman, budaya ponorogoan, budaya Madura, budaya osing, budaya pandalungan dan budaya tengger.
“Budaya arek adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat wilayah Surabaya, Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, dan sekitarnya. Budaya arek dalam hal ini hanya dimiliki wilayah tertentu sehingga sudah menjadi suatu ciri khas tertentu. Seperti contoh kesenian Ludruk yang menjadi bagian dari budaya arek Surabaya yang telah berkembang memiliki karakter seni, bahasa serta kecirikhasan tersendiri,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat antusiasme sangat tinggi dari para mahasiswa. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan dan tanggapan dari para mahasiswa hingga akhir acara. (yuris/sir)
Share It On: