www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Salis Zuhroh Sahadah, mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) berhasil menjadi Wakil III Ning Surabaya 2022. Pemilihan Duta Wisata Cak dan Ning ini merupakan ajang tahunan besutan Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Kota Surabaya.
Tidak mudah mencatutkan nama di daftar para juara. Perempuan yang ‘duduk’ di jurusan Biologi tersebut harus bersaing dengan puluhan peserta lainnya dan 15 pasang finalis di grand final yang diselenggarakan di Kota Pahlawan pada 12 November 2022 lalu. Ajang tersebut mencari Cak dan Ning kategori favorit, berbakat, persahabatan, serta Cak dan Ning wakil tiga, wakil dua dan wakil satu.
Perempuan yang akrab disapa Salis ini mengaku sudah lama tertarik dengan kompetisi duta wisata maupun lingkungan. Namun, karena berbagai alasan dia urung mendaftar. Baru di bangku kuliah inilah, ia memberanikan diri mengikuti kompetisi dan menjadi Wakil III Ning Surabaya.
Tentu, hasil tersebut tak seperti durian runtuh, tetapi butuh persiapan dan perjuangan. Salis memulai perjalanannya dengan mengikuti pemilihan duta di jurusannya, Biologi. Kemudian masuk dalam daftar peserta pemilihan Putra-Putri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Unesa.
Bekal di tingkat fakultas inilah yang kemudian membawanya melenggak ke Pemilihan Duta Wisata Cak dan Ning Surabaya. “Awalnya sempat kurang percaya diri saat mendaftar. Namun, saya memberanikan diri untuk mencoba dengan harapan untuk mengembangkan kemampuan sekaligus belajar. Kebetulan saya bisa tari remo khas Surabaya. Itu yang saya andalkan sampai ke grand final,” ujarnya pada Rabu (7/12/2022).
Selain keterampilan tersebut, Salis juga memiliki beberapa gagasan yang kerap disampaikannya dalam ajang tersebut. Menurutnya, wisata bukan hanya persoalan infrastruktur, tetapi juga perlu didukung dengan kesadaran masyarakat. “Salah satu yang penting adalah kesadaran untuk mewujudkan lingkungan yang bersih. Ini penting karena berkaitan dengan kenyaman masyarakat sendiri maupun pendatang,” paparnya.
Menurut Salis, menjadi seorang duta wisata, tidak hanya penampilan menarik, tetapi memiliki wawasan luas, kemampuan komunikasi yang baik termasuk cara berinteraksi dengan orang lain.
Mahasiswa yang juga hobi ‘membaca’ ini menceritakan pengalamannya saat karantina yang selalu menjadi proses sebelum dirinya memasuki babak grand final. Ditempatkan di salah satu daerah wisata misalnya, yang ditugaskan untuk mengembangkan inovasi dalam kemajuan wisata tersebut.
Tak hanya itu, jauh dari orang tua, jeda kuliah, dan keterbatasan pemakaian gawai juga menjadi beberapa tantangan terberat baginya. “Tapi itu bisa teratasi dengan hadirnya finalis lain dan penampilan yang profesional di malam puncak dan disaksikan kedua orang tua,” ujarnya.
Malam puncak grand final itu juga menjadi ajang dikenalkannya kembali batik khas Kota Surabaya yang di mana Cak Ning Surabaya juga menjadi bagian mempromosikan, mengajak, dan mendampingi tamu yang berkunjung ke Surabaya. [HUMAS UNESA]
Penulis: Mohammad Dian Purnama
Share It On: