www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Hari Kanker Anak Sedunia diperingati pada 15 Februari setiap tahunnya di seluruh dunia. Hari ini digunakan sebagai kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan kanker pada anak-anak dan menghormati semua anak dan keluarga yang mengalami dampak penyakit tersebut.
Peringati hari kanker juga perlu dijadikan sebagai momentum bagi orang tua untuk meningkatkan kesadaran dalam mengantisipasi munculnya kanker pada anak yang bisa dipicu oleh mutasi gen atau perubahan DNA dari sel tubuh dalam kandungan.
Kanker anak juga bisa disebabkan oleh paparan radiasi atau rokok, zat kimia dan penyakit infeksi seperti HIV dan hepatitis B. Menurut Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan pengajar kesehatan gizi, Prof. Dr. Rachma Hasibuan, M.Kes., bahwa faktor kanker anak salah satunya tidak bisa lepas dari persoalan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk pola makan orang tuanya.
Karena itu, orang tua harus benar-benar memperhatikan pola hidupnya. Aspek yang disoroti Prof Rachma yaitu banyaknya laki-laki merokok di rumah dan di dekat istrinya yang sedang hamil atau di dekat anaknya. Padahal, kebiasaan yang seperti itu bisa berdampak pada kondisi kesehatan bayi dalam kandungan atau anaknya, salah satunya bisa memicu kanker.
Orang tua juga perlu memperhatikan pola makan atau asupan gizi dan nutrisi yang dikonsumsi saat hamil atau saat menyusui. Orang tua harus selektif dalam memberikan asupan makanan kepada anak. “Pastikan sejak anak dalam kandungan sampai dilahirkan mendapat asupan gizi yang seimbang dan nutrisi yang bagus,” tukasnya.
Guru besar yang homebase di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini juga menyoroti berbagai kebiasaan orang tua yang senang ngemil sembarangan atau ngidam macam-macam saat hamil. Ngidam boleh saja, tetapi harus diperhatikan juga kandungan gizi setiap makanan yang dikonsumsi. Karena banyak makanan yang menggunakan zat pewarna atau zat tertentu dalam makanan yang bisa membahayakan kesehatan orang tua sendiri dan anaknya.
Kemudian, banyak juga orang tua yang asal memberikan makanan atau jajanan pada anak tanpa mempertimbangkan aspek kandungan zat di dalamnya. “Kalau anak nangis minta makan chiki ngebul misalnya langsung diberikan. Padahal konsumsi jajanan seperti chiki ngebul yang menggunakan nitrogen cair itu bisa berdampak pada kondisi paru-paru anak,” ucapnya.
Menurutnya, sebagai orang tua harus mengedukasi anak agar tidak sembarang jajanan di luar. Perlahan anak diberikan pemahaman bahwa makanan yang dicari tidak hanya enak, tetapi juga sehat dan menyehatkan. Anak jika tidak diajari dan dibiasakan sejak dini untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak sembarang melahap makanan, maka akan terbawa dan bisa saja berdampak pada kesehatan mereka saat mereka remaja atau saat dewasa.
“Kewajiban kita sebagai orang tua yaitu memastikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik lewat pola asuh dan pola didik yang berkualitas. Aspek makanan anak perlu kita perhatikan, kebiasaan mereka hingga perilaku-perilakunya,” tutupnya. [*]
***
Penulis: Nabila Arum Hidayati
Editor: @zam Alasiah*
Foto oleh Tara Winstead: https://www.pexels.com/id-id/foto/tanda-tipografi-teknologi-waktu-8384647/
Share It On: