Unesa.ac.id, SURABAYA-Instansi dan lembaga pemerintah maupun swasta serentak menyelenggarakan upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional kemarin (Jumat, 20 Mei 2022). Spirit Budi Utomo (Boedi Oetomo) digelorakan kembali dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah berbagai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Secara historis, perjuangan para tokoh dan pahlawan dulu termasuk lewat organisasi Budi Utomo adalah memerdekakan Indonesia dari rongrongan penjajah yang sudah berabad-abad lamanya. Setelah kemerdekaan direbut dan sekarang sudah 76 tahun merdeka, perjuangan harus terus dilanjutkan.
Perjuangan saat ini tentu tidak dengan mengangkat senjata, tetapi lewat karya dan kontribusi dalam memajukan dan memakmurkan Indonesia. Menurut Dr. Dra. Oksiana Jatiningsih, M.Si, dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA), tema peringatan ke-114 Hari Kebangkitan Nasional 2022 merupakan seruan kepada seluruh warga dan elemen bangsa-negara Indonesia untuk bangkit bersama dari berbagai keterpurukan dan ‘ketidakmerdekaan’.
“Untuk bangkit kita butuh semangat, butuh komitmen dan butuh kebersamaan sebagai bagian dari aktualisasi nilai-nilai maupun spirit perjuangan Budi Utomo atau para tokoh dan pahlawan dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia,” ucap Oksiana Jatiningsih, Kajur PPKn UNESA itu.
Pada momentum kebangkitan nasional ini, lanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bersama di antaranya ancaman rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan masyarakat Indonesia. Ancaman tersebut semakin tampak. Ujaran kebencian merebak. Hoaks masih marak. Kepentingan golongan, suku dan agama pun masih menguat. Jika itu terus dibiarkan, tentu akan mengarah pada keterbelahan atau perpecahan.
Perempuan asal Jombang itu melanjutkan, rasa nasionalisme harus benar-benar diperhatikan seluruh pihak. Rasa cinta tanah air harus semakin dipupuk dalam sanubari anak negeri. Toleransi antar sesama dalam perbedaan harus terus ditingkatkan. Nilai kebersamaan harus terus digelorakan dan diaktualisasikan dalam setiap denyut jantung kehidupan bangsa.
“Indonesia bukan negara kecil, kita memiliki banyak keberagaman suku, agama, ras, dan budaya. Namun, ada saja orang-orang yang mengaduk emosi dan memancing perselisihan. Ini dapat mengganggu keutuhan bangsa,” tandasnya.
***
Selain itu, kesadaran bersama sebagai sebuah bangsa dan negara harus diarahkan pada kemajuan teknologi. Satu sisi, teknologi memang semakin mempermudah pekerjaan dan aktivitas dalam berbagai bidang. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan bahkan ancaman.
“Ada kecenderungan masyarakat kita dininabobokan oleh teknologi bahkan kecanduan akut terhadap teknologi. Jangan sampai kita terjajah oleh teknologi. Dengan teknologi kita harus makin kreatif, inovatif dan produktif. Bukan sebaliknya,” imbuhnya.
Momentum Hari Kebangkitan Nasional tidak boleh sebatas seremonial. Namun harus menjadi bagian dari peningkatan kesadaran dan kontribusi dalam memajukan bangsa dan negara.
Bagi anak-anak muda, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengisi bahkan memperingati Hari Kebangkitan Nasional di antaranya bisa lewat karya. Mereka bisa beradu kreatif dalam membuat video atau kegiatan dengan tujuannya untuk menebarkan optimisme dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.
“Media sosial makin maju. Anak-anak muda dan mahasiswa bisa unjuk karya, buat video pendek atau apalah yang itu tujuannya untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Itu yang harusnya diperbanyak pada momentum penting seperti ini,” katanya.
“Kalau kita bangga terhadap Indonesia, kita harus cinta terhadap nilai-nilai yang membingkai kita menjadi sebuah negara. Menjaga kebhinekaan sangat penting dilakukan,” katanya lagi. “Kita pelihara keberagaman itu karena keberagaman adalah Indonesia. Kita yakini bahwa nilai-nilai Pancasila menandai bangsa Indonesia, ciri khas bangsa Indonesia yang harus kita amalkan. Menjaga Pancasila, sama dengan menjaga Indonesia,” pungkasnya. [Humas UNESA]
Penulis: Esti
Editor: @zam*
foto : Foto oleh Teguh Setiawan dari Pexelsdan Dokumentasi pribadi
Share It On: