Jurnalis Surya, Eben Haezer memberikan materi tentang jurnalisme untuk advokasi dalam kuliah tamu Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) bersama Pusat Gender LPPM UNESA.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Narasi berita tentang kasus kekerasan atau bullying bisa mempengaruhi cara pandang bahkan stigma masyarakat terhadap pelaku, bahkan kepada korban. Karena itu, berita tidak hanya dituntut berimbang, tetapi juga bijak dan pro-korban.
Keterampilan menulis berita yang perspektif pro-korban itulah yang diberikan kepada mahasiswa komunikasi melalui kuliah tamu Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) bersama Pusat Gender LPPM UNESA pada Selasa, 5 November 2024.
Kuliah tamu tersebut bertemakan "Menulis Berita dengan Perspektif Pro-Korban" yang disampaikan oleh dua narasumber yaitu Eben Haezer, jurnalis Surya, dan Putri Aisyiyah R.D., dosen Ilmu Komunikasi UNESA.
Kuliah tamu ini untuk membekali mahasiswa ilmu komunikasi dalam memperoduksi karya jurnalistik atau berita dengan perspektif pro-korban.
Putri Aisyiyah menuturkan bahwa kuliah tamu ini merupakan bagian dari upaya dalam menyikapi dinamika dunia jurnalistik belakangan ini. Berita bukan lahir dari ruang hampa, tetapi bisa menjadi alat menyuarakan suara yang mereka yang kurang terdengar.
Atau dalam konteks kekerasan, berita bisa menjadi alat untuk melakukan advokasi terhadap para korban atau penyintas. Kuliah ini untuk membekali mahasiswa yang memprogram mata kuliah dasar jurnalistik, yang diharapkan nanti mereka bisa membuat berita perspektif pro-korban.
Sjafiatul Mardliyah, Kepala Pusat Studi Pusat Studi Gender dan Anak, menuturkan bahwa kegiatan seperti ini penting sebagai sarana edukasi dan sosialisasi terhadap keberpihakan kepada kelompok marginal atau rentan.
Kepala Pusat Gender, Koorprodi Ilmu Komunikasi, pemateri dan mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA.
Hal ini bisa menjadi muatan kompetensi tambahan bagi mahasiswa selain yang mereka dapatkan di kelas perkuliahan.
Dia melanjutkan, Pusat Gender akan memilih materi khusus yang menonjolkan pada sisi gender, equality, social-inclusion, yang mengusung pada tema-tema yang sifatnya global.
"Hal ini penting dipahami mahasiswa. Bagaimanapun antara kondisi global, nasional dan lokal itu harus linear. Pemahaman tentang ini harus sampai ke kalangan masyarakat dan mahasiswa," ucapnya.
Dengan kuliah tamu ini bisa menjadi bekal bagi mahasiswa bagaimana membangun perspektif dalam menyikapi berbagai fenomena di masyarakat. Selain itu, mereka juga bisa mendapatkan insight baru bagaimana menyikapi hal-hal seperti kekerasan misalnya.[*]
***
Data dan dokumentasi: Patria Satya Mahardhika
Editor: @zam*
Share It On: