Program kerjasama antara Utrecht University, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan Universitas Sriwijaya (Unsri) ini telah memberikan saya kesempatan untuk belajar di salah satu pusat pengembangan pendidikan matematika di dunia, Freudhental Institute (FI). Selama dua semester di kota tua yang terkenal dengan Dome Tower-nya ini saya belajar lebih dalam tentang Realistic Mathematics Education (RME) dan Design Research. Selain itu, saya juga berkesempatan berinteraksi dengan mahasiswa internasional seperti Yunani, Inggris, Iran serta mahasiswa lokal di mata kuliah yang lebih umum seperti History of Mathematics, Geometry, dan Stochastic.
Banyak hal baru yang saya dapat selama menimba ilmu di universitas nomor satu di Belanda tahun 2011 versi University Web Ranking ini. Saya berkesempatan berdiskusi langsung dengan para pakar pendidikan matematika yang sering terlibat dalam proyek pengembangan desain dan bahan pembelajaran berbasis RME. Fasilitas yang disediakan juga sangat mendukung mahasiswa untuk belajar mandiri. Seperti mahasiswa lain di universitas ini, kami memiliki satu akun email universitas yang memudahkan komunikasi dengan dosen. Nomor Induk Mahasiswa (NIM) juga dapat digunakan untuk mengakses jurnal-jurnal internasional, tesis, serta disertasi yang disediakan dalam bentuk digital melalui database dalam laman milik universitas.
Di antara mata kuliah yang saya jalani, salah satu yang menarik bagi saya adalah History of Mathematics. Selama satu semester saya mempelajari bagaimana matematika berkembang dari para matematikawan ratusan abad yang lalu. Berbagai topik matematika mulai dari aljabar, geometri, kalkulus digali dari sudut pandang sejarah serta dibahas bagaimana mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran matematika. Saya juga sempat terlibat dalam pelaksanaan Great Mathematics Day di salah satu sekolah dasar di Kota Utrecht. Acara ini merupakan acara tahunan yang dimotori oleh FI dan melibatkan sekolah dasar hampir di seluruh Belanda. Setiap tahun acara ini menghadirkan tema berbeda yang mengajak siswa melakukan aktivitas matematika selama satu hari penuh dalam kemasan permainan yang menarik.
Setelah delapan bulan merasakan atmosfer belajar di sini, saya melihat bahwa FI merupakan salah satu insititut yang tepat untuk belajar pendidikan matematika. Berdasarkan penyampaian para staf FI saat summer school, saya belajar bahwa FI berkembang dari hasil penelitian di lapangan. Sebagian staf FI pernah menjadi guru dan bekerja paruh waktu di insititut sebagi developer sebelum kemudian menjadi staf tetap. Pekerjaan sebagai guru juga mempermudah proses uji coba bahan ajar kepada siswa. Pengembangan bahan ajar perlu diujicoba dan direvisi berkali-kali sebelum kemudian menjadi sebuah bahan matang untuk bisa diterapkan.
Proses ini menyadarkan saya bahwa merancang sebuah pembelajaran bukan melakukan sulap dalam semalam, melainkan sebuah proses belajar memahami kemampuan siswa dan memberikan jembatan agar siswa mencapai kemampuan yang butuh mereka capai. Selain menghasilkan buku tentang materi-materi matematika dan cara mengeksplorasinya dalam kelas, FI juga mengembangkan applet berbasis web yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Sekolah-sekolah di Belanda bisa berlangganan dengan membayar biaya tahunan untuk pembuatan akun sekolah sehingga siswa bisa mengakses lebih banyak applet.
Budaya akademis yang saya temui juga memberikan kesan tersendiri bagi saya. Sejak tingkat sekolah dasar, siswa terbiasa mengacungkan tangan sebelum bertanya dan tidak akan berbicara sebelum dipersilakan. Para siswa tidak segan bertanya dan beradu argumen dengan guru di dalam kelas. Guru pun menempatkan diri sebagai teman yang menciptakan suasana belajar yang kondusif. Mahasiswa Indonesia sering mendapat sebutan terlalu sopan karena lebih sering diam jika tidak ditanya. Tidak jarang di awal perkuliahan dosen menyampaikan bahwa mahasiswa dipersilahkan menginterupsi penjelasan yang disampaikan jika ada yang ingin disampaikan. Budaya seperti inilah yang menurut saya perlu lebih dikembangkan lagi dalam pendidikan kita.
Apa yang akan saya bawa pulang? Saya akan membawa pengetahuan saya tentang RME dan Design research untuk mengabdi di insitusi manapun tempat saya bekerja nantinya. Melalui jaringan para lulusan program ini, saya ingin terlibat banyak dalam pengembangan dan penyebaran pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian, pengembangan RME tidak berhenti hanya dengan penulisan buku dari balik meja, tetapi merupakan hasil kerja sama antara guru sebagai ujung tombak pembelajaran di lapangan dengan para praktisi pendidikan.
(Anisa Fatwasari, Mahasiswa Program Beasiswa PMRI
Kerjasama Unesa--Utrecht University_Kontributor Humas Unesa)
Share It On: