Ilustrasi kondisi kesehatan anak ada di tangan orang tua (foto: PublicDomaiPictures/pixabay).
Unesa.ac.id, SURABAYA—Belakangan ini, terjadi peningkatan kasus gagal ginjal pada anak yang mengharuskan mereka melakukan cuci darah secara rutin di sejumlah rumah sakit. Salah satunya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang diperkirakan ada sekitar 20 anak yang menjalani cuci darah setiap harinya.
Hal ini menjadi perhatian dr. Rahmantio Adi, Sp.PD, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Menurutnya, salah satu penyebab utama gagal ginjal pada anak-anak adalah pola hidup yang tidak sehat.
Ia mencatat adanya perbedaan signifikan antara pola hidup anak zaman dahulu dengan sekarang yang berkontribusi pada meningkatnya jumlah anak yang menjalani cuci darah. Dulu, orang-orang cenderung lebih aktif bergerak dan pola makan mereka lebih sederhana.
”Konsumsi air mineral juga lebih cukup, karena belum ada tren minuman berwarna dalam kemasan seperti sekarang,” ucapnya.
Banyak anak-anak yang mengonsumsi minuman berwarna, yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting dan menyebabkan ginjal kekurangan nutrisi. Konsumsi minuman yang mengandung pewarna buatan dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
”Kondisi ini juga bisa memicu kelainan penyakit metabolik, seperti diabetes yang tidak tertangani dengan baik. Akibatnya terjadi gangguan autoimun, di mana sistem imun menyerang organ-organ sehat termasuk ginjal,” jelasnya.
Penanganan dan Risikonya
Dosen sekaligus dokter spesialis penyakit dalam itu juga menjelaskan bahwa keputusan untuk memulai terapi cuci darah pada anak didasarkan pada beberapa pertimbangan medis. Dokter ahli akan mengevaluasi hasil laboratorium, khususnya kadar ureum dan kreatinin yang melebihi batas normal, serta riwayat kesehatan pasien.
Gejala-gejala yang sering menunjukkan kebutuhan untuk terapi cuci darah meliputi mual dan muntah, nyeri pada bagian kiri atau kanan perut, urine berdarah, serta rasa sakit dan rewel saat buang air kecil.
”Anak-anak yang sering mengalami sakit kepala, kulit pucat, frekuensi buang air kecil yang jarang dengan urine yang lebih pekat, serta pembengkakan pada wajah, tangan, atau kaki, juga berpotensi memerlukan perhatian medis lebih lanjut,” tambahnya.
Pilihan selain cuci darah yakni cangkok ginjal yang meskipun di Indonesia masih relatif sedikit dilakukan. Menurutnya hal itu sangat berisiko pada penolakan oleh tubuh karena organ ginjal yang digunakan berasal dari donor.
"Tidak ada metode pengobatan yang benar-benar ideal, dan masing-masing memiliki tantangan tersendiri. Oleh karena itu, pencegahan dan pola hidup sehat tetap menjadi pilihan terbaik untuk menghindari masalah ginjal," tambahnya.
Pencegahan; Mulai dari Orang Tua
Ada beberapa tips untuk mencegah masalah ginjal pada anak-anak, dan peran orang tua sangat krusial dalam hal ini. Pertama, orang tua sebaiknya membatasi pemberian uang jajan kepada anak-anak.
Kedua, membiasakan anak mengkonsumsi makanan atau minuman yang sehat. Ketiga, tidak terlalu menuruti permintaan anak yang ingin jajanan sembarangan di luar. Disarankan orang tua membuat atau menyiapkan jajanan atau cemilan sehat untuk anak, selain untuk di rumah, bisa juga jadi bekal mereka ke sekolah atau saat di luar rumah (di samping makanan pokok).
Selanjutnya, penting untuk menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Dosen kelahiran Surabaya itu juga menghimbau orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mengonsumsi makanan bergizi dan air mineral yang cukup.
Di samping itu, perlu adanya dorongan kepada anak untuk rajin berolahraga yang dimulai dari kebiasaan orang tua. Hal itu juga meliputi kebiasaan malas yang disebabkan oleh penggunaan smartphone dan tablet PC secara berlebihan.
”Di era digital ini gawai membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu duduk dan kurang bergerak, sehingga penting bagi orang tua untuk mendorong aktivitas fisik dan mengatur waktu layar,” pungkasnya.
Dengan menerapkan tips ini, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang mendukung kesehatan ginjal dan mencegah risiko gagal ginjal di masa depan.[]
***
Reporter: Mohammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: PublicDomaiPictures/pixabay
Share It On: