www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi pola asuh orang tuanya. Karena itu, orang tua harus memahami betul setiap tindakan bahkan ucapan yang diarahkan kepada anak. Menurut Prof. Dr. Rachma Hasibuan, M.Kes., pakar pendidikan anak usia dini UNESA bahwa setiap ucapan orang tua bisa berdampak pada psikologis dan perkembangan karakter anak.
Karena itulah, orang tua harus hati-hati dalam memilih kalimat yang akan diucapkan. Dalam konteks ini, ada beberapa kebiasaan orang tua yang tanpa disadari itu berdampak pada potensi dan perkembangan anak.
Pertama, membanding-bandingkan anak dengan saudara atau anak lainnya. Ini bisa meruntuhkan kepercayaan diri anak pada usaha dan kemampuannya. Mentalitas anak bisa tertekan dan mereka jadi takut untuk melakukan apapun dan lamban laun itu membatasi perkembangan potensi mereka.
Kedua, menyakiti perasaan dengan mengatakan hal-hal negatif seperti celaan fisik atau psikis. Dampaknya, anak juga tidak percaya diri, membenci dirinya sendiri, merasa cemas bahkan dalam waktu yang lama itu bisa sampai terjadi gangguan mental.
Ketiga, suka 'mengkambinghitamkan' anak atas suatu kejadian atau persoalan. Biasanya ada beberapa orang tua yang ketika ada persoalan melimpahkan kekesalan kepada anaknya dengan kata-kata seperti, gara-gara kamu nih, karena perbuatanmu, ulahmu, dan kata serupa lainnya.
Anak yang sering jadi dikata-katain sebagai penyebab dari persoalan bisa cenderung diam, tidak berani mengungkapkan pendapatnya karena takut disalahkan. Anak berpotensi diam dan tidak menceritakan apapun kepada orang tuanya. Dikhawatirkan anak menceritakan permasalahannya kepada orang yang tidak tepat di luar sana.
Keempat, menakut-nakuti anak dengan suatu hal. Seperti menyampaikan kalimat; kalau tidak bobo, nanti digigit setan dan berbagai ucapan menakutkan lainnya. Hal seperti itu secara tidak langsung menimbulkan efek ketakutan serius bagi anak, merusak imajinasi mereka tentang realitas dan lama kelamaan anak berpotensi trauma.
Kelima, membiasakan atau mengucapkan kalimat yang ‘membuang’ nilai positif contohnya; "Nak, berbohong itu tidak masalah loh". Kalimat-kalimat tersebut dapat berpengaruh negatif dimana anak akan merasa bahwa berbohong merupakan hal yang wajar.
Harus Dilakukan Orang Tua
Lantas apa yang perlu dibiasakan orang tua? Setidaknya ada beberapa hal sederhana yang dianjurkan untuk orang tua kepada anak.
Pertama, memberi contoh dalam bentuk perilaku. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak cepat menyerap dan meniru apa yang ada di lingkungannya. Termasuk kebiasaan orang tuanya. Karena itu, orang tua perlu memberi contoh dan menjadi teladan perilaku bagi anak. Itu lebih efektif untuk membentuk perilaku sejak dini.
Kedua, mengucapkan kalimat positif dan memotivasi, seperti sesekali memberikan apresiasi atas apa yang mereka lakukan. Dengan begitu, kepercayaan diri seorang anak terbangun. Selain itu juga bisa membantu anak untuk berkembang dan tidak merasa frustasi saat mengalami kegagalan.
Ketiga, membangun hubungan baik dengan anak salah satunya melalui komunikasi dari hal-hal keci. Kedekatan dan harmonisasi keluarga dapat diwujudkan melalui komunikasi antar anak dan orang tua. "Komunikasi ringan seperti menanyakan keseharian kepada anak, pendapat mereka tentang makanan misalnya, baju dan seterusnya. Ini bisa membuat anak menjadi lebih dekat dengan orang tuanya," bebernya.
Keempat, orang tua perlu membiasakan anak rasa tanggung jawab. Paling sederhana seperti orang tua sesekali minta maaf kepada anak, jika misalnya orang tua melakukan kesalahan. Ini sekaligus membiasakan anak akan rasa tanggung jawab, mengaku salah dan minta maaf ketika suatu waktu mereka berbuat salah.[]
***
Penulis: Nazilatul Maghfiroh
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Pexels_Andrea Piacquadio
Share It On: