www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melakukan kunjungan ke Semarang dalam rangka belajar membuat dan manajemen usaha ecoprint bersama Dra. Widowati, M.Pd., dosen Tata Busana Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada Sabtu, 11 Maret 2023.
Dosen Unnes tersebut merupakan pengusaha busana spesialis ecoprint yang terbilang sukses. Rombongan yang berangkat ke sana yaitu Ketua DWP UNESA Dra. Endah Purnomowati, M.Pd., bersama Fitria Syafi’ul Anam, Wiwik Widyawati Nursalim, Anik Sulistyawati, Suheni Arif Bulqini dan Sri Handajani.
Widowati mengatakan, usaha ecoprint sudah digelutinya bertahun-tahun lamanya. Itu merupakan hasil dari usahanya mencoba bisnis produk di bidang keahliannya sekaligus mencari atau menemukan formula usaha dan strategi ecoprint yang tepat. “Ecoprint bukan hanya untuk menghasilkan kain dengan motif tertentu, tetapi sudah diaplikasikan ke media lain seperti tas hingga kerudung,” ucapnya.
Penguatan Teknik Ecoprint
www.unesa.ac.id
Pada kesempatan itu, tim DWP UNESA diajak untuk mengenal lebih dalam terkait proses pembuatan ecoprint yang benar sekaligus mempraktekannya. Mula-mula mereka praktek merendam kain utama ke dalam larutan kapur (CaC03) sebanyak 15 gram selama 5 menit. Kemudian menyiapkan kain blangket yang sudah direndam pewarna selama 1 malam.
Kain utama dibentang ke atas meja, lalu daun yang sudah disiapkan dan ditata di atas kain sesuai pola yang diinginkan. Setelah pola berhasil dibuat, kain blangket yang sudah diwarnai tadi dibentangkan di atas daun dan kain utama hingga menutupi semua bagian.
Selanjutnya, kain tersebut ditutup dengan plastik besar dengan rapat. Kain kemudian digulung dengan pipa secara rapat dan rapi. Lalu dilekatkan menggunakan isolasi hingga tidak ada udara yang bisa masuk. Setelah kain terisolasi dengan sempurna, selanjutnya yaitu kukus dengan air mendidih selama 2.5 jam.
Banyak daun yang bisa digunakan untuk pembuatan kain ecoprint ini, mulai dari daun lanang, daun eucalyptus, daun kersen, dan berbagai daun lainnya. Sementara kain–kain yang digunakan untuk ecoprint yaitu berbahan primisima, rayon, blacu, katun (3d), kain sutra dan kain katun paris.
Kreasi Ecoprint
Selain praktek ecoprint, mereka juga belajar membuat kreasi dengan menggunakan tulang daun. Teknik ini diaplikasikan untuk membuat tas dan lain sebagainya.
Ketua DWP UNESA mengatakan bahwa pelatihan penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para perempuan UNESA dalam membuat batik ecoprint. “Harapan ke depan ini menjadi bagian penting dalam pemberdayaan perempuan di UNESA. Kebetulan kami juga sedang mengembangkan batik ecoprint dan ini bagian dari penguatan ke sana,” ucapnya.
Dengan berbagai formula dan masukan, serta praktik langsung yang diberikan membuat para srikandi UNESA itu berhasil membuat kain sarung, kain untuk tunik atau baju, kerudung, tas, hingga kain 3D ecoprint. “ Ilmu ini benar-benar luar biasa, semoga ilmu yang dibagikan ibu Widowati dapat kami terapkan dan menjadikan Ecoprint Unesa berkembang semakin maju,” tutupnya. []
***
Penulis: Hasna
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: