Komposter ialah alat untuk membuat kompos dari bahan dasar sampah basah atau sampah organik yang mudah membusuk, seperti sisa makanan, daun, dan rerumputan yang banyak di jumpai di sekitar kita, sedangkan aerob ialah sistem yang memanfaatkan udara sebagai sumber mikroorganisme yang dapat membantu mempercepat proses pengomposan sampah.
Metode pengolahan sampah tuntas di sumber sampah ini bernama komposter aerob. Metode inilah yang diterapkembangkan oleh Winarsih, dosen Pendidikan Sains Unesa yang sejak beberapa tahun lalu turut dalam program kebersihan Kota Surabaya. Perjuangan awalnya dalam bidang lingkungan kini menjadikan kampung di sekitar rumahnya menjadi salah satu kampung wisata di Surabaya. Dosen yang rumahnya di kawasan Jambangan ini tengah mengembangkan program Adiwiyata di kampus tempatnya mengajar.
Sejak lima tahun yang lalu, di FMIPA, fakultas tempatnya mengabdi, ia telah menerapkan penggunaan komposter aerob. Kamis (24/2) ia bersama tim kebersihan Fakultas Ekonomi (FE) Unesa, peraih piala adiwiyata tingkat universitas mengecek komposter aerob yang telah dikembangkan FMIPA. Berdasarkan amatannya, volume sampah basah (sisa makanan dan rumput serta dedaunan) selama lima tahun itu ternyata belum penuh menghasilkan pupuk organik.
Dalam evaluasi pemanfaatan komposter aerob itu, ia juga memaparkan (1) lubang di samping yang bertujuan untuk aerasi dimasuki tikus maka dari itu harus ditutup dengan kasa plastic; (2) pada tutup komposter, ada lubang tempat tali yang dapat menyebabkan belatung (makhluk pemakan sampah) keluar, namun untungnya belatung tidak berjalan ke mana-mana sebab lokasi sekitar komposter dikelilingi rerumputan sehingga mahasiswa yang memanfaatkan wifi dengan radius dua meter dari komposter tidak merasa terganggu baik bau maupun belatung; (3) tutup komposter yang melekuk ke dalam dapat menyimpan air bila hujan tiba sehingga air yang menggenang selama tiga hari dapat menjadi tempat hidup nyamuk, karena itu bila ada air yang menggenang di atas tutup komposter harus segera dibuang.
Dosen yang pernah mendapat kehormatan diajak Walikota Surabaya studi pengembangan pelestarian lingkungan di Jepang ini mengaku senang mendapatkan kunjungan dari tim adiwiyata FE. Sebagai tim inti juri penganugerahan adiwiyata tingkat universitas, ia mengajak seluruh sivitas akademika bahu membahu menyiapkan diri dalam penganugerahan adiwiyata tingkat universitas yang kembali akan diselenggarakan pada akhir tahun ini.
Mari wujudkan Unesa sebagai eco-campus mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai sekarang untuk menyadari pentingnya memanfaatkan komposter aerob guna mengurangi polusi udara berupa asap hasil pembakaran sampah dan turut mengurangi volume sampah kota Surabaya di lahan pembuangan akhir sampah Benowo, Surabaya. [Humas]
Share It On: