www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Dolan nang UNESA hadir dengan kemasan yang berbeda pada Minggu, 27 November 2022. Selain ada senam sehat bersama dan sejumlah aktivitas olahraga lainnya, juga disuguhkan edukasi seputar kesehatan. Nah, kali ini jajaran Divisi Sport Science Universitas Negeri Surabaya mengadakan talkshow “Kenali Gejala Nyeri Punggung Bawah” di Laboratorium Anti Doping.
Pembicaranya yaitu dr. Gigih Pramono, Sp.BS dari Kortex Brain Spine dan Dr. Lilih Dwi Priyanto, M. MT, Ketua Brain Spine Community. Lilih mengatakan, sehat itu ada dua syaratnya yaitu happy dan oksigen. Menurutnya, oksigen tidak bisa lepas dari olahraga. “Olahraga di pagi hari saat polusi kendaraan berkurang itu penting sekali. Olahraga ini tidak hanya soal oksigen sebenarnya, tetapi juga bisa membuat kita santai dan happy,” ujarnya.
Faktor dan Gejala
Sementara itu, Gigih Pramono mengungkapkan, orang sehat secara fisik ditentukan oleh dua faktor, yaitu jantung dan tulang belakang. Tulang belakang mampu mempengaruhi posisi tegak bagi tubuh manusia. “Leher dan punggung bawah menjadi bagian yang sering cedera. Harus diperhatikan baik-baik,” ucapnya.
Ada beberapa aktivitas yang bisa menimbulkan nyeri punggung di antaranya kebiasaan menunduk. Menurutnya, menunduk bisa membuat mata istirahat, tetapi leher tetap bekerja keras. Ini bisa mengurangi fungsi tulang belakang, serta dapat menyebabkan cairan dalam bantalan antar ruas leher berkurang sehingga leher terlihat lurus.
Kondisi leher seperti ini dapat menimbulkan keluhan, seperti pegal, pusing, migrain, hingga menyebabkan Cervical Root Syndrome (CRS). “Kondisi leher manusia normalnya terlihat seperti huruf C,” jelasnya sambil menunjukan contoh lehe normal.
Selain itu, mengangkat barang berat dengan posisi yang salah dan posisi duduk yang kurang baik dapat menyebabkan punggung terasa nyeri. Untuk mengurangi cidera pada tulang belakang atau punggung bagian bawah perlu memperkuat bagian yang membantu tulang belakang bekerja salah satunya bisa dengan rutin berjalan kaki.
Permasalahan tulang belakang yang umum terjadi yaitu saraf terjepit pada leher maupun pinggang. Hal ini terjadi karena salah memperlakukan tulang belakang yang mana isi bantalan tulang keluar dan menekan saraf. Jika mengalami kondisi seperti ini, Gigih menyarankan tidak dipijat terlebih dahulu, tetapi melakukan diagnosa.
Langkah Pencegahan
Kasus tulang belakang berkaitan dengan pola hidup sehat. Maka dari itu, perlu menumbuhkan kesadaran agar bisa komitmen olahraga seperti yang disarankan oleh WHO yaitu minimal 150 menit dalam seminggu. “Olahraga yang bagus adalah olahraga kardio dan daya tahan bisa dengan berjalan, berlari atau bersepeda,” paparnya.
Untuk menjaga kesehatan tulang belakang, Gigih menyarankan memperhatikan posisi berdiri dan duduk dengan tegak dan senyaman mungkin. Di sela aktivitas yang melibatkan leher dan punggung harus melakukan stretching atau peregangan otot setiap setengah jam sekali.
Mochamad Purnomo, Kepala Divisi Sport Science, UNESA berharap mahasiswa maupun masyarakat umum yang terlibat dalam kegiatan Dolan nang UNESA bisa mengenali dan memahami nyeri punggung bawah serta menyadari pentingnya menjaga kesehatan tulang belakang. “Lebih baik mencegah, dari pada mengobati. Itu yang kita harapkan dan bisa diterapkan masyarakat,” harapnya.
Selain talkshow, Dolan nang UNESA juga menyuguhkan Workshop Outdoor Activity (WOA) yang berlangsung di Halaman Rektorat. Kegiatan ini untuk mengedukasi masyarakat pun mahasiswa tentang aktivitas fisik yang baik dan benar agar tidak menimbulkan cedera. Gerak dasar yang diajari dosen-dosen FIO bisa dilakukan di mana saja termasuk di rumah. "Tujuan kami mengajak masyarakat agar mau berolahraga atau beraktivitas fisik secara rutin. Kalau kurang gerak bisa menimbulkan risiko berbagai penyakit," ucap Tutur Jatmiko, Koordinator WOA. [HUMAS UNESA]
Penulis: Nur Laily/Lina Lubaba
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: