Guru besar The Open University UK, Kieron Sheehy menyampaikan materi dalam pelatihan mitigasi bencana inklusif.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Disability Innovation Center (DIC) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bersama Research of Community Mental Health Initiative (RoCMHI) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dan The Open University of United Kingdom menyelenggarakan workshop mitigasi bencana khusus anak-anak disabilitas di PAUD inklusif
Pelatihan yang dimaksudkan untuk mendukung pengembangan teknologi asistif dalam pendidikan mitigasi bencana ini berlangsung pada Kamis, 10 Oktober 2024 di Gedung Rektorat Lantai 10. Peserta merupakan perwakilan dari delapan sekolah PAUD inklusif.
Workshop ini menggabungkan konsep gerak dan lagu sebagai media untuk membekali anak-anak inklusi mengenai mitigasi bencana. Agenda tersebut merupakan bagian dari proyek berkelanjutan "Kelas Indonesia Inklusif" yang dikembangkan melalui kerja sama UNESA, UI, dan The Open University.
Tujuan pelatihan ini untuk menciptakan pendekatan pengajaran yang inklusif dan menyusun strategi pedagogis yang dapat mendorong hasil sosial dan pendidikan yang positif bagi seluruh peserta didik, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Sherly Saragih Turnip, Ketua RoCMHI Psikologi UI bersama Sujarwanto, guru besar manajemen pendidikan khusus UNESA.
Dalam kegiatan ini, para peserta workshop diajak untuk mengintegrasikan konsep gerak dan lagu sebagai media dalam edukasi mitigasi bencana. Salah satu metode yang diusung ialah penggunaan Signalong Indonesia, sebuah sistem bahasa isyarat yang dirancang agar dapat dipahami di berbagai sekolah.
“Ini memudahkan penyampaian informasi bencana dengan gerakan yang sederhana. Namun, mampu menyampaikan makna kompleks,” ujar Kieron Sheehy, guru besar dari Open University UK.
Sherly Saragih Turnip, Ketua RoCMHI Psikologi UI, menegaskan pentingnya pendidikan kebencanaan yang inklusif bagi anak-anak disabilitas. “Kami ingin menciptakan alat bantu yang ramah disabilitas dan memastikan informasi bencana tersampaikan dengan cara yang menyenangkan serta mudah dipahami,” ungkapnya.
Workshop ini juga memperkenalkan Fun Big Book, sebuah buku cerita berbasis bahasa isyarat manual yang menyoroti kata-kata kunci dalam kalimat lisan sesuai dengan urutan kata dalam bahasa sehari-hari, berbeda dari bahasa isyarat komunikasi tuli.
Buku tersebut didesain untuk meningkatkan keterlibatan anak-anak dalam kegiatan mitigasi bencana melalui lagu dan gerakan.
“Fun Big Book adalah salah satu bentuk pendekatan inklusif yang dirancang untuk memudahkan anak-anak dalam memahami bahasa isyarat yang disederhanakan, sehingga lebih efektif dalam menyampaikan informasi mitigasi bencana,” jelas Kieron Sheehy sambil menunjukkan bentuk fisik buku tersebut.
Guru besar sekaligus Ketua DIC UNESA, Budiyanto memaparkan berbagai inovasi yang mendukung program mitigasi bencana untuk anak-anak SLB atau sekolah inklusif.
Ketua DIC UNESA, Budiyanto menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak tahun 2023, dengan penelitian terkait Fun Big Book. Buku cerita berbasis lagu dan gerak ini didesain untuk memperkenalkan anak-anak disabilitas pada konsep mitigasi bencana secara interaktif.
Fun Big Book, yang diimplementasikan pertama kali di TK Nada Ashobah, berhasil menarik minat anak-anak dengan kombinasi menyanyi dan gerakan yang inovatif.
Sebagai langkah lanjutan, implementasi dari hasil workshop ini akan diuji coba di TK Nada Ashobah pada Jumat, 11 Oktober 2024. Anak-anak di sana akan menyanyikan lagu-lagu yang dikembangkan dalam workshop, seperti lagu tentang kebakaran, dan diuji coba menggunakan Fun Big Book yang telah disempurnakan.
"Kami berharap melalui uji coba ini, kami dapat mengevaluasi keefektifan pendekatan kami dan menemukan area pengembangan untuk penelitian lebih lanjut," tutur Budiyanto.
Melalui DIC, UNESA juga berencana melakukan komersialisasi produk Fun Big Book di tingkat nasional hingga Asia Tenggara. “Pada akhir November nanti, kami akan memulai hilirisasi produk ini bersama SEAMEO, organisasi pendidikan disabilitas untuk wilayah Asia Tenggara,” jelas guru besar disabilitas UNESA itu.
Produk ini telah disebarkan ke 32 lembaga di 26 provinsi di Indonesia, dan diharapkan mampu menjadi alat bantu yang signifikan dalam pengurangan risiko bencana bagi anak-anak disabilitas di seluruh nusantara.[]
***
Reporter: Prismacintya (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: