Konseling secara fungsional, berkaitan erat sebagai salah satu upaya pendidikan bermutu dalam membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan, tuntutan sosial-budaya yang bermuatan etika, norma, moral, dan agama. Konseling merupakan kegiatan pengembangan diri dalam pembentukkan watak dan kepribadian peserta didik dengan mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukkan watak dan kepribadian merupakan inti dari pendidikan karakter. Itulah salah satu poin yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons dalam Seminar Nasional (18/12) yang diselenggarakan jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), di Auditorium Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa Lidah Wetan.
Mengangkat tema 'Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Profesi Bimbingan dan Konseling', seminar ini mengundang Ketua Umum Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Prof. Dr. H. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons dan Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (P4) Unesa, Dr. Karti Soeharto M.Pd sebagai narasumber yang mengaitkan pendidikan karakter bangsa dengan konseling.
Mengulas tentang konsep pendidikan karakter yang dilandaskan atas 4 pilar diantaranya Pancasila, UU NRI 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Dr Karti Soeharto mengemukakan pendidikan karakter sama dengan berideologi. Namun kenyataan tidak sesuai dengan harapan, permasalahan saat ini yang dihadapi Indonesia adalah disorientasi dan belum terhayatinya nilai-nilai luhur Pancasila, bergesernya nilai-nilai kehidupan, memudarnya nilai-nilai budaya bangsa serta ancaman disintegrasi dan melemahnya kemandirian bangsa. Oleh karena itu diperlukan pengembangan pendidikan karakter bangsa secara komperhensif sebagai pembudayaan. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan karakter diperlukan gerakan nasional untuk menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.
Selama ini jalannya pendidikan di negara ini memang belum begitu bisa berjalan dengan baik terutama kurikulum pendidikan kita juga yang selalu berubah-ubah menyesuaikan dengan tuntutan zaman yang semakian maju pula, sebagaimana membangun sebuah bangsa ialah berawal dari hal yang paling dasar untuk dapat merubah menjadi lebih baik. Namun hal yang terpenting ialah pembangunan karakter dari diri sendiri sebelum kita memberikan sesuatu kepada orang lain, pernyataan tersebut diperkuat oleh Prof. Dr. H. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. yang mengungkapkan bahwa peran sebagai guru, terutama sebagai fokus belajar siswa harus bisa memberikan contoh yang baik dengan aplikasi secara nyata dari pendidikan berkarakter tersebut.
Dalam pengaplikasianya konseling di sekolah merupakan wahana strategis dalam membentuk karakter dan kepribadian utuh peserta didik. Melalui empat pilar pendidikan dari konselor yang diartikulasikan dalam pembelajaran berdimensi meliputi nilai, moral, dan norma kehidupan. Peserta didik dibimbing untuk memperluas wawasan pengetahuan terntang ketiga dimensi tersebut sehingga mereka dapat memberikan alasan-alasan yang tepat sebelum mereka dituntut untuk melakukan suatu tindakan. Pendekatan yang digunakan adalah konstruktivisme untuk membuka pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman secara aktif dengan melibatkan alasan-alasan moral.
Poin kedua dari empat pilar tersebut, peserta didik dibimbing untuk terampil melakukan suatu tindakan yang mereka yakini memiliki nilai kebenaran, kujujuran,kebajikan, kedisiplinan dan keindahan. Tindakan dan perbuatan adalah hal yang melekat dalam kehidupan nyata, sehingga pada hakikatnya belajar bertindak dan berbuat merupakan belajar mengalami kehidupan yang sebenarnya (learning to do). Kemudian peserta didik dibimbing kea rah kepemilikan sifat-sifat baik secara melekat. Terakhir, peserta didik dibimbing untuk hidup secara harmonis dengan lingkungannya. Proses pembelajaran nilai, selain melibatkan kebebasan memilih, keaslian tindakan, dan konsistensi bimbingan serta adanya keterlibatan dari berbagai pihak (keluarga dan masyrakat) untuk ikut menfasilitasi peserta didik agar mereka belajar hidup bersama (learning life together).
Implementasi pendidikan berkarakter harus dilaksanakan dengan cara yang bermakna sesuai dan real karena konsep pendidikan berkarakter sendiri di khususkan agar siswa lebih mengerti dengan pengalaman belajar keteladanan. Diharapkan kedepannya sistem pendidikan yang baru juga akan membawa nilai positif bagi kemajuan SDM.( Putri Diyanti & Sigit Widodo)
Share It On: