www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya–Pandemi Covid-19 tidak menurunkan semangat mahasiswa Seni Musik Unesa dalam berkarya. Jumat (11/05/2021) mahasiswa Sendratasik Program Studi Seni Musik (2019) Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Unesa persembahkan sebuah pertunjukan bertema “Folk Song For Millenial Generation”.
Pertunjukan untuk acara kedua dalam rangkaian konser Virtual Harmonisasi di Masa Pandemi itu merupakan karya mahasiswa kelompok satu kelas Manajemen Seni Pertunjukan. Acara tersebut turut dimeriahkan oleh penampilan bintang tamu ‘Klantink’.
Pada kesempatan itu, peserta kelompok menampilkan lagu-lagu daerah yang sudah diaransemen sedimikian rupa. “Kami tetap berkarya, meski suasana belum normal. Kami hanya ingin lagu daerah tetap dikenal dan memberi makna di antara lagu-lagu kekinian,” ujar Ragil Anggoro Putro selaku Ketua Produksi acara tersebut.
Ketua Jurusan Sendratasik FBS Unesa Dr. Anik Juwariyah, M.Si menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi karya-karya mahasiswanya. “Karya Anda menujukkan nafas Anda, berarti Anda terus bergerak, terus hidup menekuni seni pertunjukan yang Anda dalami selama ini,” ujarnya.
Sementara itu, pada rangkaian acara ketiga yang digelar pada Sabtu (12/6/2021), mahasiswa kelompok tiga persembahkan karya pertunjukan bertajuk "The Beauty Of Java Songs". Pada kesempatan itu ada dua tembang Jawa, Lir Illir dan Lingsir Wengi yang diaransemen secara modern dengan sentuhan dan perpaduan dari berbagai alat musik.
“Semoga konser musik ini menjadi salah satu media untuk melestarikan tembang-tembang Jawa maupun tembang lokal lainnya dan ini juga sebagai upaya kami dalam mengapresiasi musik dan karya-karya musik yang lahir dari bangsa Indonesia,” ujar Monica Septriandari, Ketua Pelaksana Acara.
Pada penampilan pertama, mahasiswa seni musik angkatan 2018, 2019, 2020 berkolaborasi dengan Pusat Olah Seni Surabaya dan Kluncing. Lagu yang mereka tampilkan adalah Lir Ilir ciptaan Sunan Kalijaga yang mana berfilososfi sebagai umat Islam bangun dan sadarlah diri yang dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dengan menghijau.
Cah Angon dalam tembang itu maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya dalam jalan yang benar. Pakaian yang terkoyak dilambangkan bahwa umat harus selalu memperbaiki imannya agar kelak siap ketika dipanggil menghadap kehadirat-Nya. Hal tersebut harus dilakukan ketika kita masih sehat yang dilambangkan dengan terangnya bulan dan masih mempunyai banyak waktu luang.
Selain itu, juga ada penampilan lagu Lingsir Wengi karya Sunan Kalijaga. Lagu tersebut sering dikonotasikan sebagai hal-hal yang mistis dan horor. Namun, lewat pertunjukan tersebut disampaikan bahwa lagu tersebut diciptakan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah yang bermakna munajat dan doa yang dalam sang hamba kepada Tuhan Yang Maha Esa. (QQ/ESTI)
Share It On: