Staf Khusus Presiden RI itu, memiliki perspektif yang berbeda mengenai hal yang dipublikasikan di media. Menurutnya, dari jumlah pemberitaan yang banyak itu, setidaknya ada lebih dari sepuluh judul berita yang mengarah pada pesimisme. Mengenai hal tersebut, dia mencontohkan salah satu judul berita tentang TKI. Di media disebutkan bahwa pemerintah gagal melindungi warganya. Padahal jika didasarkan dengan data yang ditunjukkan olehnya, kebijakan pemerintah yang sekarang sudah baik jika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Dia mencontohkan mengenai TKI. Memang benar ada TKI yang terjerat hukum dan akhirnya mati di negara lain, namun banyak juga yang akhirnya bisa diselamatkan, salah satunya Darsem. Kemudian mengenai korupsi sendiri, Denny menyatakan bahwa Indonesia memiliki indeks yang bagus dalam pemberantasan korupsi. Dia menyebutkan tentang terungkapnya beberapa kasus korupsi dan tidak adanya tempat yang aman di Indonesia untuk para pelaku korupsi sehingga mereka memilih untuk bersembunyi dan kabur dari Indonesia.
Selanjutnya, masih terkait dengan masalah korupsi, Denny khawatir bahwa dengan adanya pemberitaan semacam itu, masyarakat jadi pesimis. Untuk itu, Staf Khusus Presiden RI bidang hukum, HAM, dan pemberantasan KKN tersebut mengajak seluruh orang yang hadir dalam kuliah umum untuk menolak pesimisme. Dengan data-data dari lembaga survei yang kredibel (barometer), dia optimis bahwa bangsa Indonesia dapat terbebas dari segala bentuk korupsi, meski tidak diketahui kapan pastinya hal tersebut dapat terealisasi. Yang jelas adanya penegakkan hukum yang lebih baik dengan kondisi kewenangan yang terbatas dan kontrol yang lebih tinggi pada masa sekarang akan dapat memberantas korupsi. "Keep on fighting for the better Indonesia," kata pria asal Banjarmasin tersebut. [Rizka Amalia_Humas]
Share It On: